Kalau sebelumnya hanya lihat foto-foto pre-wed orang, sekarang aku mengalaminya.
Dan, sebagai penulis, nggak sah kalau diceritain ke kalian, dong!
Halooo… life update dari penulis: beberapa bulan sebelum hari pernikahan dan masih cukup santai sejauh ini. Terima kasih! Sebagai seorang penulis dan pencinta cerita, aku memiliki idealisme sendiri untuk pernikahanku, terutama untuk pre wedding session yang sepertinya sudah menjadi kewajiban buat calon pengantin masa kini.
Meskipun begitu banyak foto keren pasangan yang memesona, aku ingin pre wedding-ku untuk menceritakan kisah bagaimana aku dan pasanganku menjadi sepasang sejoli (eaa..) Jadi, sudah menjadi impianku untuk melakukan sesi pre wedding ini di kota di mana kami bertemu, yaitu Sydney. Seperti jawaban dari doa, padahal kebetulan belaka, fotografer pernikahan kami sedang membuka “open trip” ke Australia di bulan Agustus, bertepatan dengan tanggal jadian kami dan jadwal kelulusan pasanganku (yang tertunda 2 tahun itu, lho).
Open Trip adalah istilah yang sering digunakan para fotografer ketika mereka pergi ke suatu kota dan membuka jasa foto di sana tanpa tambahan biaya transportasi/penginapan. Dengan begitu, harganya lebih terjangkau karena yang keluar biaya jasa foto saja. Jadilah terwujudkan keinginan untuk melakukan sesi pre wedding di kota penuh kenangan ini. Meski di tengah-tengah, sesi pre wedding kami berubah menjadi acara detektif.
Awal Agustus, kami berangkat ke Sydney dan dua hari setelahnya melakukan sesi foto itu.
Jujur, ekspektasi saya tinggi dan persiapan yang kami lakukan pun sudah dari jauh-jauh hari sebelum. Sekitar satu bulan sebelumnya, kami sudah bertemu secara virtual dengan fotografer–videographer untuk membicarakan konsep dan rencana sesi pre wedding ini.
Sebelumnya lagi, aku dan pasangan sudah mempersiapkan tiket dan akomodasi selama di Sydney. Lalu, dari tim foto-video ini menyediakan moodboard dan styling, merencanakan baju yang akan kami pakai di sesi foto. Mempertimbangkan batas bagasi penerbangan dan konsep pre-wedding, kami memutuskan untuk menggunakan gaya kasual sampai semi formal dibandingkan gaun yang besar-besar seperti yang bisa digunakan calon pasangan jika berfoto di dalam negeri.
Kemudian kami juga membahas lokasi pengambilan foto ini dan memeriksa regulasi foto di area itu. Lokasi-lokasi yang kami pilih adalah tempat yang berkesan dalam hubungan kami di Sydney, seperti tempat jadian, tempat kencan pertama, dan pastinya tempat yang iconic Sydney banget.
Beberapa lokasi yang aku pertimbangkan tapi batal adalah Auburn Botanical Garden (menjelang Sakura bermekaran) dan Art Gallery of New South Wales (di mana dulu aku sempat intern).
Kenapa batal? Jujur karena overbudget bagi kami… bongkar harganya enggak, ya?
Boleh cek di situs mereka saja, ya, untuk harga update-nya, tapi siap-siap terkejut saja.
Oh ya, sebenarnya, ada yang bilang kalau kalian berpakaian kasual dan kameranya tidak begitu besar, bisa saja foto gratis di lokasi-lokasi itu. Tapi, karena mencari aman, kita pilih lokasi yang gratis saja, seperti pantai, taman umum, dan jalanan di kota.
Lokasi pertama kami adalah Balmoral Beach. Kami berangkat ke sana dini hari untuk mengejar matahari terbit. Karena mau menghemat, aku make up sendiri (setelah latihan dan belajar dari youtube sebelumnya hahaha). Sebenarnya, banyak juga penyedia jasa MUA di Sydney. Jujur, challenging, sih, make up dan hair do sendiri. Tapi, karena suka, jadi aku enjoy saja.
Sesampainya di Balmoral beach, kami menyadari satu hal yang lupa dipertimbangkan sebelumnya. Suhu udara. Dingin banget sunrise di pantai, apalagi di bulan Agustus yang masih termasuk winter ini. Dan, outfit pertama aku itu dress kutung. Jadi, di antara shots harus berselimut dulu hahaha. Jangan lupa cek cuaca dari waktu persiapan, ya, brides to-be.
Other than that, shooting berjalan lancar, terutama dibandingkan dengan apa yang terjadi di lokasi berikutnya. Tapi, sebelum itu, kami kembali ke Airbnb untuk touch-up dan ganti outfit dulu. Jika lokasi kalian jauh dengan tempat penginapan, bersiaplah untuk ganti outfit dan touch-up di mobil atau toilet umum. Nah, setelah itu kami makan siang dulu di Spice Alley karena lokasi selanjutnya adalah taman depan Central Park Mall, tempat kami jadian empat tahun lalu.
Di sanalah sesi pre wedding yang menyenangkan ini takes a sad turn…
Bersambung ke Rubrik Kepo, ya. [IM]