Program Lecturing Series “Indonesia Sustainable Design Studio”

478
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail


Dari mulai Vice CEO Pan Brothers hingga Senior Jurnalis Majalah Tempo English, Semua Berbagi Ilmu Kepada Mahasiswi di Sydney dalam Lecturing Series “Indonesia Sustainable Design Studio”

“Tak kenal maka tak sayang,”pepatah lama inilah yang melandasi program baru yang diinisiasi oleh ITPC Sydney bersama dengan University Technology of Sydney (UTS), yaitu “Indonesia Sustainable Design Studio”. Program ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mempromosikan produk Indonesia melalui institusi pendidikan di Australia. Membangun people-to-people connection juga menjadi pathway yang baik untuk meningkatkan nation brandingIndonesia.

Setelah penandatanganan MoU yang dilakukan antara Dirjen PEN, Bapak Didi Sumedi dan Vice Chancellor UTS, Mr Ian Watt tanggal 15 Juni 2021, program “Indonesia Sustainable Design Studio” sudah berjalan dengan menghadirkan pembicara-pembicara terkemuka, baik dari Indonesia maupun Australia, antara lain: Direktur Perundingan Bilateral, Ni Made Ayu Marthini, Phil Turtle, National President of Australia Indonesia Business Council (AIBC), Anne Soetanto, Vice CEO PT Pan Brothers, Rowland Asfales, CEO Pijakbumi, dan Debra Yatim, Jurnalis Senior Tempo English News Magazine.

Dalam sesi “Indonesia and Its Global Connections,” Direktur Perundingan Bilateral, Ni Made Ayu Marthini, menyampaikan bahwa setelah IA-CEPA diimplementasikan, hubungan ekonomi Indonesia dan Australia diharapkan akan semakin baik karena Indonesia dan Australia adalah dua negara bertetangga yang saling membutuhkan satu sama lain. IA-CEPA adalah windows of opportunity, tandasnya.

Pernyataan ini juga didukung oleh Phil Turtle, National President Australia Indonesia Business Council, “Australian sudah seharusnya banyak melakukan hubungan bisnis dengan Indonesia, karena selain jarak yang sangat dekat, hubungan perdagangan Indonesia-Australia sudah terjalin sejak dulu, sejak pedagang Makassar membawa teripang ke pesisir barat benua Australia”, ujarnya.

Selain memperkenalkan hubungan ekonomi dan bisnis kedua negara, program ini juga ingin mempromosikan produk-produk Indonesia yang berkelanjutan (sustainable) dan berkualitas.

Untuk itu, dalam sesi Industry Sharing, Vice CEO Pan Brothers, Anne P Soetanto menjelaskan bahwa Pan Brothers sebagai salah satu leading company di sektor garment dan apparel telah berkomitmen untuk mengadopsi prinsip-prinsip sustainability dalam sistem manajemen perusahaan.

“Pan Brothers telah menerapkan prinsip 3P, People, Planet and Profit, yang artinya adalah perusahaan secara seimbang melaksanakan pengelolaan perusahaan yang tidak hanya berdasar pada profit semata tetapi juga memperhatikan kesejahteraan pegawai dan juga lingkungan hidup,” tandas Anne. “Bahkan kami telah mengadopsi 10 prinsip yang terdapat dalam UN SDGS”, lanjutnya.

Lain lagi dengan Pan Brothers, Pijak Bumi, sebuah UKM sepatu yang berlokasi di Bandung justru telah mendeklarasikan bahwa produk sepatu yang dibuatnya hampir 90% berasal dari bahan-bahan alami yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang sehingga seluruh produk Pijak Bumi sangat sustainable.

“Pijak Bumi bahkan telah berkolaborasi dengan LSM lingkungan hidup, yaitu Katingan Mentaya dan Hutan itu Indonesia, untuk program Carbon Negative,” ujar Rowland Asfales.

Selain diperkenalkan produk-produk Indonesia, mahasiswa UTS diwajibkan untuk mempromosikan produk Indonesia melalui penulisan product story sebagai tugas akhir mereka. Untuk itulah ITPC Sydney menggandeng Debra Yatim, jurnalis senior majalah berita Tempo English dan juga kontributor aktif di festival Ubud Writers & Readers, festival sastra terbesar di Asia Tenggara, untuk memberikan workshop penulisan kepada para mahasiswi.

“Mempromosikan produk dengan gaya storytelling akan membuat orang jauh lebih tertarik dengan produk tersebut, dibandingkan dengan hanya menulis fakta dan informasi akan produk tersebut,” ujar Debra.

Ayu Siti Maryam, Kepala ITPC Sydney, mengungkapkan, “Produk-produk Indonesia yang kami kenalkan sejalan dengan visi-misi kebanyakan penduduk Australia, antara lain sustainable dan women empowerment. Melalui gaya menulis storytelling, promosi produk Indonesia diharapkan menjadi lebih menarik, menyentuh emosi, sehingga membuat penduduk Australia tergerak untuk membeli produk Indonesia,” ujar Ayu.

Selain mempromosikan produk Indonesia melalui tulisan, para mahasiswa di akhir program juga ditugaskan memberikan saran dan rekomendasi untuk galeri produk Indonesia di kantor ITPC Sydney. [IM]

Previous articleBersatu Lawan Pandemi, Diaspora Indonesia di Sydney Bantu Jawa Tengah
Next articleNU Sydney Gelar Silazoomrahmi