Pandemi Virus Corona #InThisTogether

548
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Tanggal 11 Maret 2020 lalu akhirnya badan kesehatan dunia WHO
menyatakan dengan resmi bahwa COVID-19 merupakan sebuah pandemik. 

Lebih Dari Krisis Kesehatan 

“WHO telah mengamati dan menilai wabah ini terus menerus, dan kami sangat khawatir akan kecepatannya menular dan memperburuk kesehatan, serta lambannya penanganan,” demikian pernyataan Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, PhD, MSc, saat konperensi pers.

Wabah yang diawali di Wuhan, China, bulan Desember lalu itu kini telah menyebar ke 114 negara. Saat tulisan ini dibuat (10/4/2020), tingkat infeksi mencapai 1.605.277, korban meninggal 95.751, dan orang yang sembuh 356.926. Sebuah wabah yang berhasil mencatatkan sejarah kelam dalam sejarah peradaban manusia modern.

“Wabah ini bukan lagi merupakan krisis kesehatan masyarakat, tapi krisis yang menyentuh hampir semua sektor, sehingga setiap kita harus berjuang bersama,” lanjut Ghebreyesus.

Ya, bersama kita akan #flattenthecurve dengan tenang sambil saling melindungi warga lainnya. Kita bisa, kok! 

Warga Indonesia di Sydney
Beda Nasib, Tapi Sepenanggungan

Orang Indonesia yang menetap di kota Sydney pasti tahu toko ini, H20. Toko yang terletak di jantung kota Sydney itu menjual produk makanan dan minuman khas Indonesia. Dan, karena letaknya yang strategis, toko ini seperti basis bagi komunitas Indonesia untuk titip menitip. 

Ketika efek wabah Covid-19 menghantam Sydney, H20 seperti oksigen ekstra, khususnya bagi pelajar Indonesia yang mengalami penghentian kerja, baik sementara maupun tetap, dalam jangka waktu tak tentu.

Di toko inilah, para warga Indonesia, baik yang sudah menjadi warganegara Australia maupun yang belum, tak putus memberi sumbangan. 

Saking banyaknya peminat sumbangan, yang mengakibatkan antrian mengular dan padat, pemilik toko diperingati polisi untuk tetap menjaga jarak aman sesuai ketetapan. 

Di laman Facebook komunitas Indonesia The Rock, sumbangan tak hanya berupa makanan. Ijin tinggal sementara (gratis, barter dengan jaga anak dan membersihkan rumah) juga ada. Bahkan mereka juga membentuk tim khusus #Taskforcecovid19 yang bertujuan untuk membantu selama masa Covid-19 ini.

Tak berhenti sampai disitu, berbagai sumbangan sembako maupun kotak makanan, baik dari perorangan maupun bisnis terus mengalir. Toko-toko Indonesia yang tersebar di berbagai daerah juga dijadikan tempat sebagai basis sumbangan, seperti Seahorse di Campsie, Lakemba Halal Meat Shop di Lakemba, Panda Asia Market di Kogarah, dan masih banyak lagi.

Para pemilik restoran Indonesia pun berjuang sekuatnya untuk tetap dapat menggaji karyawannya di masa serba salah seperti ini. Evan Elliot, pemilik restoran Indonesia My Delight di Mascot, Sydney, mengatakan, “Kami memang masih buka, masih melayani pesanan melalui telepon atau jasa antar, tapi tentu saja pemasukan tidak seperti biasanya. Apalagi harga bahan makanan juga meningkat. Buat kami pemilik bisnis, ini tentu sulit untuk beroperasi. 

Di lain pihak, kami tidak ingin memutus kerja karyawan kami, kami ingin bisa membantu mereka juga. Salah satunya, kami membuat jadwal kerja baru. 

Pada akhirnya, bangga juga bisa melihat komunitas Indonesia yang begitu care, saling berbagi dan membantu di tengah pandemik yang tidak menentu ini. Bravo! [IM]

Previous articleInformasi Untuk Pelajar/Mahasiswa Di Wilayah Kerja KJRI Sydney (NSW, QLD dan SA)
Next articleIndosos – To The Rescue