Osteoporosis, penyakit yang biasanya dikaitkan dengan usia lanjut, ternyata juga bisa menyerang anak-anak dan remaja. Kondisi ini, yang secara medis disebut osteoporosis juvenil, membuat tulang menjadi lemah dan rapuh, sehingga mudah patah. Osteoporosis merupakan kondisi kesehatan yang memengaruhi kepadatan dan kekuatan tulang. Ketika tulang melemah, risiko patah tulang pun meningkat.
Tanda dan gejala osteoporosis juvenil sendiri dapat bervariasi dari masing-masing anak. Meskipun demikian, benang merahnya adalah patah tulang yang sering terjadi. Anak-anak dengan kondisi ini kerap mengalami patah tulang panjang (femur, tibia, humerus, dan lainnya) pada usia 10 tahun dan tiga patah tulang panjang atau lebih pada usia 19 tahun.
Tanda dan gejala tambahan mungkin meliputi:
• Nyeri punggung, pinggul, atau kaki
• Pincang atau kesulitan berjalan
• Pertumbuhan melambat
• Penurunan tinggi badan
• Perubahan postur atau perubahan tulang belakang
• Mulai lelah atau penurunan aktivitas
Penyebab Osteoporosis pada Anak
Osteoporosis juvenil biasanya disebabkan oleh kondisi medis yang mendasarinya, seperti ketidakseimbangan hormon, nutrisi, dan gangguan metabolisme atau penyakit kronis yang memengaruhi kepadatan tulang. Selain itu, obat-obatan tertentu–termasuk penggunaan kortikosteroid yang berkepanjangan–dapat berkontribusi terhadap perkembangan osteoporosis juvenil dengan mengganggu pertumbuhan dan mineralisasi tulang.
Penyakit yang dapat memengaruhi massa tulang meliputi:
• Penyakit celiac
• Cerebral palsy
• Cystic fibrosis
• Gangguan makan
• Penyakit ginjal
Obat-obatan yang dapat memengaruhi massa tulang meliputi:
• Obat kejang (antikonvulsan)
• Kortikosteroid
• Siklosporin
• Imunosupresan
Perilaku yang dapat memengaruhi kepadatan mineral tulang meliputi:
• Tidak aktif karena cedera atau penyakit
• Pola makan yang kurang gizi, khususnya rendah kalsium dan vitamin D
• Olahraga berlebihan, khususnya jika menyebabkan amenore
Dalam beberapa kasus, tidak diketahui penyebab masalah tulang tersebut. Bila dokter tidak dapat mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya, kondisi ini disebut osteoporosis juvenil idiopatik. Kondisi ini umumnya dimulai selama periode pertumbuhan yang cepat, seperti sebelum pubertas.
Dokter anak akan melakukan pemeriksaan fisik dan meninjau riwayat medis mereka untuk mencari riwayat osteoporosis dalam keluarga atau kondisi lain yang dapat menyebabkan masalah kesehatan tulang. Dokter mungkin akan menggunakan pemindaian dual-energy
X-ray absorptiometry (DXA) untuk mengukur kepadatan mineral tulang anak. Tes ini bersifat noninvasif dan bisa membantu menentukan kekuatan tulang dan mengidentifikasi tanda-tanda osteoporosis.
Selain itu, dokter akan meminta tes darah untuk memeriksa kadar kalsium, vitamin D,
dan hormon anak yang memengaruhi kesehatan tulang. Tes ini dapat membantu mengidentifikasi gangguan metabolik, hormonal, atau gangguan lain yang menyebabkan osteoporosis. Dokter juga mungkin melakukan pemindaian sinar-X, magnetic resonance imaging (MRI), atau tes pencitraan lain untuk menilai tulang, fraktur, atau kelainan lain pada anak.
Mengidentifikasi penyebab mendasar osteoporosis juvenil adalah kunci untuk mengobatinya. Meskipun obat-obatan dapat memperkuat tulang dan mengurangi risiko patah tulang, mengatasi akar penyebabnya sangat penting untuk mencegah masalah kepadatan tulang yang berkelanjutan.
Pengobatan dapat mencakup:
• Perubahan pengobatan, seperti menurunkan dosis obat yang berkontribusi terhadap masalah kesehatan tulang
• Terapi fisik untuk mengurangi risiko jatuh dan patah tulang
• Perubahan gaya hidup, seperti mengonsumsi makanan seimbang yang kaya akan vitamin D dan kalsium serta melakukan latihan menahan beban
• Suplemen vitamin D dan kalsium untuk melindungi kesehatan tulang
• Obat-obatan untuk mengelola rasa sakit atau (dalam kasus yang parah) untuk memperkuat tulang
Anak-anak dengan osteoporosis idiopatik mungkin tidak memerlukan perawatan khusus,
di mana kondisi ini dapat hilang dengan sendirinya. Diagnosis dini sangat penting untuk pengobatan dan penanganan osteoporosis juvenil yang efektif.
Karena massa tulang puncak tercapai pada usia 30 tahun, jika massa tulang anak terkena osteoporosis juvenil, efeknya dapat bertahan hingga dewasa. Namun, mengobati penyebab osteoporosis juvenil dapat membantu menjaga integritas tulang dan mengurangi risiko terkena osteoporosis di kemudian hari. [IM]