Ngobrol Bareng Ernest Prakasa dan Meira Anastasia

911
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Sekumpulan super-mums yang tergabung dalam Indonesian Mums Community Sydney (IMCS) Agustus lalu mengelar acara nonton bareng (nobar) film Milly & Mamet di Hoyts Cinema Entertainment Quarter. Ruang Cinema yang berkapasitas sekitar 200 orang itu diisi penuh oleh penonton dari berbagai golongan, tua dan muda.

Film ini sendiri merupakan spin-off dari film sukses ‘Ada Apa dengan Cinta (AADC)’. Dan melalui tangan dingin Ernest Prakasa selaku sutradara, film Milly & Mamet berhasil mengangkat eksistensi dan dinamika dalam kehidupan berumah tangga.

Dalam acara nobar kali ini, sang sutradara Ernest Prakasa juga hadir bersama sang istri Meira Anastasia dan sekaligus melakukan Q&A diakhir acara pemutaran film.

Indomedia juga berkesempatan untuk ngobrol bareng dengan keduanya, yuk kita ikutin aja bincang-bincangnya yah.

Indomedia (IM): Seperti apa sih seorang Ernest Prakasa itu di rumah?

Meira Anastasia (MA): Seperti ini aja sih sama. Banyak orang sering bilang, enak yah punya suami pelawak, berarti lucu terus donk. “Nggak juga!!” Kalau dia di rumah ada serius-seriusnya juga, lucunya hanya di waktu-waktu tertentu aja.

Ernest Prakasa (EP): Lucunya kalo saya dibayar aja, kalo gak dibayar yah gak lucu.

IM: Di film ‘Susah Sinyal’ Kak Ernest dan Kak Mei khan menulis bersama tuh. Biasanya berapa lama sih proses menulisnya?

EP: Biasanya untuk film-film kita itu lama penulisan skenarionya hampir sama, kurang lebih di kisaran empat sampai enam bulan, baru setelah itu kita masuk ke pra-produksi dan syuting.

IM: Kalau diperhatikan film-film Kak Ernest biasa banyak memakai komika-komika. Dan para komika tersebut biasanya mempunyai ciri khas masing-masing. Nah bagaimana caranya Kak Ernest menyatukan karakter mereka supaya bisa kompak.

EP: Biasanya saya gak pernah memaksakan mereka menjadi orang lain, yang saya lakukan adalah memaksimalkan karakter mereka masing-masing. Dan hal ini malah mempermudah pekerjaan saya.

IM: Untuk Kak Mei, produksi film yang akan datang yang diangkat dari buku ‘Imperfect’ katanya merupakan yang terberat. Bisa diceritakan?

MA: Untuk ‘Imperfect’ terberat karena dalam hal penulisan khan itu diambil dari buku saya, jadi kita lebih banyak berantemnya, karena disini saya sudah lebih banyak ambil bagian dari penulisan hingga ke syuting. Dan pas syuting juga ada banyak banget yang harus kita persiapkan, terutama transformasi physical yang harus dijalani oleh bintang utama kita. Dalam film ‘Imperfect’ ini kita mau menyoroti hal-hal seperti body positivity dan self acceptance, bagaimana kita harus berdamai dengan diri kita sendiri terutama dalam masalah fisik. Transformasi physical seperti ini baru pertama kali kita lakukan, jadi yah harus banyak belajar dan banyak PR nya juga buat kita. Tapi sejauh ini kita cukup happy dengan hasilnya.

IM: Kapan rencananya film ‘Imperfect’ akan ditayangkan?

EP: Desember tahun ini. Sejak film pertama hingga kelima, kita selalu merilisnya di bulan Desember.

IM: Apakah film ‘Imperfect’ nanti akan ada sequel atau serinya seperti film Cek Toko Sebelah?

EP: Masih terlalu jauh sih untuk diomongin saat ini. Kita khan harus liat dulu bagaimana tanggapan filmnya dari penonton. Kalau nanti ternyata sukses, tidak menutup kemungkinan di spin-off menjadi seri. Kalau sequel sih rasanya tidak.

IM: Ada taget audience yang ingin dicapai?

EP: Biasa kita gak mikirin hal-hal seperti itulah. Kalau mikirin hal begitu beban kita malah tambah berat. Biasanya kita fokus bagaimana cara membuat film sebaik dan sebagus yang kita bisa. Sisanya kita serahkan kepada penonton.

IM: Dengan segala kesibukan yang ada, bagaimana kalian berdua membagi waktu, terutama dengan anak-anak?

EP: Biasanya yang paling banyak menyita waktu itu adalah saat syuting film. Tapi diluar dari syuting, biasa kita gak sibuk-sibuk amat sih. Jadi anak-anak sudah ngerti, kalau kita berdua sedang syuting berarti mereka sudah siap akan sering ditinggal. Selebihnya, kita selalu mengatur waktu untuk bisa bersama dengan anak-anak.

IM: Bagaimana perjalanan seorang Ernest Prakasa dari seorang penyiar radio hingga menjadi sutradara film seperti saat ini? Apakah ada tips khusus yang bisa dibagikan?

EP: Sebenernya saat saya mengerjakan radio di saat kuliah dulu belum ada kepikiran saya mau ke film sih. Kebetulan aja jalannya ke sini. Tips khusus sih gak ada, tapi kalau saya boleh berbagi… just do the best in what you are doing. Karena waktu saya dulu siaran, saya juga gak pernah tau bakal mendarat dimana. Pokoknya just give your 200% dengan apapun yang kita kerjakan. Karena apa yang kita kerjakan dengan sungguh-sungguh pasti akan ada buahnya, dan setiap ada kesempatan, kerjakanlah sebaik-baiknya.

MA: Menambahkan yang Ernest tadi katakan, kadang ada juga yang menanyakan ke saya, “Kak, saya harus mulai darimana?”. Dan mengutip yang Ernest selalu katakan, coret semua kata selain kata ‘Mulai’, jadi jangan selalu nanya mulai dari mana, tapi mulai aja dulu, karena biasa kita punya banyak ketakutan yang belum tentu terjadi. Jadi kalau kita tidak mulai kita tidak akan tau.

IM: Apa yang mau dilihat di Sydney nih?

EP: Wah kali ini kedatangan kita sangat singkat, jadi gak sempet kemana-mana.

MA: Next time kalau ada kesempatan balik lagi ke Sydney, kita ingin sekali ke whale watching.

IM: Kalo gitu ditunggu kedatangannya ke Sydney lain kali!! Thank you

Previous articleTaksu Bali Festival 2019
Next articleIlmu Kebahagiaan – R U OKAY?