Dalam rangka “Art Month Sydney 2021”, sebuah pameran berjudul “Ritual My Beautiful Curse (Cap Go Meh)” karya Jayanto Tan, telah dipilih untuk dipamerkan di Verge Gallery, University of Sydney mulai dari 6 Maret hingga 9 April 2021.
Jayanto Tan adalah seniman asal Indonesia yang tinggal di Australia, dengan gelar Bachelor of Fine Art dan Master of Fine Art dari National Art School di Sydney.
Yang menarik di pameran yang didukung oleh City of Sydney itu adalah koleksi barang-barang seni berbentuk jajan/makanan yang dibuat dari bahan keramik ditata rapi di lantai dan ornament lampu neon bertuliskan “double happiness” dipasang di tembok.
Juga, sebuah tumpukan dari ratusan ‘fortune cookies’ yang beraneka warna, “Manna from Heaven” yang menggambarkan kumpulan identitas yang berbeda-beda namun satu dalam mengungkapkan keberuntungan, kemurahan hati, ekspresi cinta dan kebebasan menuju masa depan yang beragam, bukannya dari perbedaan tetapi persamaan.
Sebagai Emerging Artist, Jayanto seringkali menggabungkan mitologi Timur & Barat, tradisi turun-temurun, pengalaman hidup suka dan duka, dari masa lalu sampai sekarang. Begitu juga dengan pilihan bahan-bahan yang dipakai, banyak kaitannya dengan budaya tanah kelahiran (Sumatera) yang dikombinasi dengan budaya setempat (Australia).
Dalam karyanya Jayanto juga menerapkan seni dan pangan sebagai dua hal yang tidak dapat terpisahkan, dimana keduanya mempunyai potensi untuk menghubungkan kesenjangan sosial budaya dan sekaligus dapat menyatukan dalam keharmonisan. Seperti tepung, gula, garam, santan yang dicampur menjadi jajan, dibagikan, dinikmati bersama dalam banyak budaya dan dapat menghubungkan satu dengan yang lain, biasanya melalui kumpul-kumpul makan bersama, seperti misalnya dalam perayaan Cap Go Meh.
Pada pameran ini, Jayanto telah berhasil membuat sebuah ritual berkumpul bersama, tidak secara realistik namun dalam dunia seni, untuk melampiaskan rasa rindu, mengingat pengalaman indah dan sedih di masa lalu, dengan produksi karya-karya seni yang formal dalam format serial. Peribahasa “Jauh di Mata Dekat di Hati” mempunyai makna tersendiri dalam karyanya, yaitu sejauh manapun dia berkelana dan merantau, kenangan terhadap Ibu tak akan terlupakan dan tempat kelahiran akan selalu dekat di hati.
“Tujuan seni adalah untuk memprestasikan bukan penampilan luar, namun lebih ke signifikansi batiniah mereka” ~ Aristoteles
Anda juga bisa mendengarkan wawancara bersama Jayanto melalui Radio Duta Nusantara. Silahkan kunjungi Facebook page: Radio Duta Nusantara 98.5 FM & instagram:@duta985fm. [IM/JO&JT]
Photo: Didee Kusnadi