Setiap tahun menjelang masa Imlek, umumnya di dareah pecinan, kita akan mendengar
irama lantang dari gendang dan simbal-simbal besar, yang menandai kedatangan barongsai. Namun, ternyata pertunjukkan ini yang terlihat seperti singa berwarna-warni yang suka meloncat sana sini berasal dari legenda ratusan tahun yang lalu!
Dari kecil, aku suka banget nonton barongsai bersama keluarga setiap tahun. Aku inget sepupuku dulu ketakutan mendengar dentangan dari gendang dan simbal dan selalu sembunyi di belakang orang tuanya. Tapi, aku selalu mengejar para barongsai! Ketika mendengar dentangan pertama,
aku akan menarik papaku keluar untuk menonton dan memberi angpao kepada para barongsai.
Tiap ekor barongsai terdiri dari dua orang, satu yang memegang topeng kepalanya, dan satu lagi
yang membungkuk dan memegang pinggang orang pertama untuk menjadi badan barongsai.
Wah, Rasanya seru banget melihat mereka meloncat sana, loncat sini.
Menyaksikan performer yang di belakang mengangkat rekannya, bahkan kadang memanjat tiang untuk mengambil sesuatu yang diikat di ujung tiang. Keren, deh! Semakin jago dan gesit barongsainya, semakin getol aku memberi angpao lebih banyak. Apalagi kalau warna barongsai itu kuning (warna favoritku!).
Dan, baru di tingkat SMP/SMA, aku baru tahu kalau ada legenda di belakang “tarian singa” ini.
Nian vs Singa
Dahulu kala di Tiongkok, dipercayai bahwa ada roh jahat yang hidup di antara manusia. Namanya Nian. Roh ini dipercayai selalu datang sekitar waktu tahun baru, dan semua orang takut padanya. Banyak yang nggak tahu cara mengusir roh jahat pembawa nasib jelek ini. Lalu, suatu kali diketahui bahwa Nian tidak suka suara-suara kencang.
Legenda menceritakan kedatangan seekor singa. Masyarakat langsung meminta bantuan dari singa untuk mengusir si roh jahat Nian dan singa setuju untuk membantu. Singa dan Nian pun bertempur sampai akhirnya singalah pemenangnya. Dia berhasil melukai Nian sampai roh jahat itu melarikan diri, tapi dengan ancaman bahwa dia akan kembali suatu hari untuk membalas dendam pada Singa.
Satu tahun berlalu dan Nian kembali. Masyarakat mencari singa untuk melindungi mereka lagi, tapi singa rupanya sedang bertugas melindungi istana kaisar. Orang-orang pun mulai ketakutan. Apa yang akan terjadi pada mereka kalau singa nggak bisa membantu? Bagaimana kalau singa telat datang? Bagaimana mereka bisa aman dari ancaman dendam kesumat Nian?
Karena Sang Singa Sibuk
Lahirlah ide untuk membuat kostum singa! Mereka membuat celana yang diselimuti lapisan-lapisan kain yang berkilau dan memiliki bulu-bulu halus, agar terlihat seperti kaki singa yang berbulu. Mereka juga membuat topeng yang terlihat seperti kepala singa, terbuat biasanya dari kayu dengan kelopak mata yang bisa dikontrol dari dalam topeng agar bisa berkedip. Kadang, di pusat mata barongsai juga ditaruh sebuah lampu merah kecil agar mata barongsai terlihat lebih mengancam/mengerikan.
Orang-orang yang memakai kostum singa ini berusaha untuk mimik perilaku singa, dari cara mereka menginjak-injak tanah dan menggoyang topeng singa. Mereka juga membuat gendang-gendang
dan simbal-simbal yang besar dan membuat irama yang kuat dan seru untuk mengiringi barongsai. Nian yang kemudian datang untuk membalas dendam pada singa dan masyarakat melihat banyaknya singa yang terlihat siap untuk bertempur kembali.
Suara irama yang sangat keras dan lantang juga membuat Nian pusing dan ketakutan. Akhirnya, Nian melarikan diri lagi, dan para masyarakat aman. Dari situ, masyarakat Cina selalu melaksanakan tarian barongsai setiap tahun untuk mengusir Nian dan roh-roh jahat lainnya yang mungkin ingin datang mengganggu mereka.
Tarian barongsai terus berkembang. Masyarakat Tiongkok membuat kostum barongsai dalam lima warna untuk melambangkan lima elemen di dunia: kuning (tanah), hitam (air), hijau (kayu), merah (api), dan putih (logam). Sampai sekarang, tradisi ini terus dijalani setiap Imlek, dan telah menyebar
ke seluruh penjuru dunia, tempat keturunan masyarakat Tiongkok bermigrasi.
Pecinan di Seluruh Dunia
Sejalannya waktu, tradisi ini juga menjadi sebuah seni yang dilaksanakan pada tiap perayaan Imlek. Tempat-tempat seni barongsai berusaha untuk membuat koreografi yang unik, dan juga trik-trik yang belum pernah dilihat atau sulit dilakukan. Di Australia pun ada tempat les barongsai untuk anak-anak yang berminat tampil dalam tarian singa. Bahkan ada kompetisi barongsai, lho!
Sekarang, barongsai bisa dijumpai nggak hanya di hari Tahun Baru Imlek, tapi juga di berbagai perayaan penting seperti pembukaan toko baru. Barongsai dianggap bisa membawa keberuntungan dan kemakmuran pada toko baru. Ketika sedang di Chatswood, aku pernah melihat sebuah bank membuka cabang baru dan mengundang barongsai untuk acara peresmian. Namun, karena trotoarnya lumayan sempit dan banyak orang berkerumun di sekitar barongsai, orang lain yang ingin lewat jadi harus turun ke jalanan sedikit untuk melewati kerumunan orang di trotoar. Petugas lalu lintas kesulitan untuk mengamankan orang-orang yang jalan di jalanan mobil, dan akhirnya pertunjukkan barongsai dihentikan oleh karena itu!
Di Australia mungkin lebih jarang melihat pertunjukkan barongsai, nggak seperti di Jakarta yang kadang di samping jalan aja bisa ada barongsai. Tapi, ada beberapa tempat yang pasti ada pagelaran ini, seperti di Chinatown dan di berbagai suburb seperti Chatswood, Burwood dan Hurstville. Nah, sekarang sudah tahu cerita tentang barongsai, semoga pertunjukkan barongsai tahun ini akan merasa semakin menarik! [IM]