Kembali Ke Brighton

782
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Ingin merasakan terlontar ke zaman yang berbeda? Mari kita kunjungi Brighton-setelah pandemik ini berlalu, tentu saja.

Throwback, throwback, throwback time! Jika ada satu daerah secara spesifik yang begitu kurindukan saat ini, itu adalah Brighton. Suasana di kota kecil tepi pantai di Inggris ini begitu bertentangan dengan keadaan karantina saat ini. Untuk memberikan secercah sinar matahari, aku akan membawa kalian kembali ke perjalananku beberapa minggu yang lalu ke kota Brighton di Inggris. Rasanya seperti di jaman yang berbeda, tapi percayalah kalau kota kecil ini begitu sibuk, penuh tawa, dan jalan-jalan kecil yang ramai dengan pejalan kaki. Jadi, apakah kalian sudah menyiapkan OOTD pantai kalian? 

Saudara Kembar Brighton, Melbourne
Hari itu aku memiliki misi pribadi! Aku akan mengambil 10 foto polaroid di kota Brighton. Aku berangkat mengunjungi kota Brighton dengan sedikit ekspektasi dan sedikit pengetahuan tentangnya. Di Melbourne, ada suburb bernama Brighton yang memiliki rumah pantai kecil berwarna-warni dan di Brighton Inggris pun ada jejeran rumah serupa. Lalu, temanku merekomendasikan sebuah kafe berhiaskan tokoh Gudetama dan Brighton Pier yang terkenal. Dengan berbekal ketiga tempat itu aku melaju dari London dan melaju ke Brighton.

Sekitar satu jam kemudian, sampailah aku di kota Brighton. Begitu keluar dari stasiunnya, aku langsung disambut oleh jejeran rumah dan toko-toko. Menuju ke pusat kota, aku melalui semacam jalan dibawah jembatan yang sedikit gelap sebelum keluar ke jalan-jalan kecil yang berwarna-warni. Literally! Rumah-rumah berwarna pastel berjejer sepanjang jalan juga dinding yang dihiasi street art dan grafiti. Tak lama, toko-toko yang unik muncul; mulai dari “Oliver’s Brighton” yang menjual suvenir Harry Potter, lalu toko rempah-rempah dengan warna dan wangi menarik. Aku mulai ragu apakah 10 polaroid foto cukup untuk menangkap keindahan kota ini, dan aku bahkan belum tiba di tengah kota.

Welcome to the Lanes
Pusat dari kota Brighton bisa dibilang merupakan kumpulan jalan-jalan kecil berisi toko-toko, restoran, dan kafe yang disebut “The Lanes”. Rasanya bisa menghabiskan seharian menyelidiki toko-toko kecil yang memenuhi jalan-jalan itu. Toko-toko ini bukan hanya terdiri dari toko biasa, tapi juga vintage shop, independent art shop, toko buku, artisan coffee shops, dan banyak lagi. Setelah berjalan-jalan dan mengelilingi toko-toko, aku beristirahat dan makan siang di ArtBox Café yang berhiaskan tokoh Gudetama. Meski makanannya sendiri tidak begitu enak, tempatnya lucu dan nyaman sehingga aku keluar dari sana siap untuk berkeliling lagi.

Ternyata, di Brighton bukan hanya ada toko dan pantai saja, tapi ada juga landmark yang indah dan megah, yaitu The Royal Pavillion, yang dulunya merupakan istana yang dibangun untuk Prince Regent pada abad ke-19. Selain itu juga ada British Airways i360 yang menjulang tinggi dan Brighton Museum. Namun, matahari sudah hampir terbenam dan aku cepat-cepat menuju ke pantai di mana Brighton Palace Pier berdiri indah di atas jembatan kayu.

Suasana Festival di Tepi Pantai
Brighton Pier memiliki nuansa festival masa kecil yang begitu menghangatkan hati. Mulai dari arcade sampai permainan-permainan klasik, seperti komedi putar, roller coaster, dan lainnya. Dermaga ini mengingatkanku dengan Luna Park di Sydney. Sepanjang jembatan, orang-orang duduk di kursi lipat yang disediakan di sana, sambil mengobrol dan menikmati suasana.

Hari sudah sore, matahari mulai menampilkan cahaya terakhirnya dan angin berhembus dengan kencang. Brighton Pier terlihat begitu fotogenik dengan matahari bersinar dari sela-sela arsitektur tradisionalnya. Sayangnya, letak rumah-rumah pantai khas Brighton (baik yang di Inggris maupun Melbourne) ini sedikit jauh dan aku tidak jadi mengunjunginya. Dengan kaki yang mulai lelah dan kereta yang harus dikejar, aku berjalan ke stasiun melewati kembali jalan-jalan yang mulai sepi dan toko-toko yang mulai tutup.

Hari ini aku melihat kembali foto-foto polaroid yang kuambil. Sepuluh foto tidak bisa merangkum kenanganku di kota Brighton tapi perasaan nostalgia menghangatkan hatiku.

Ah, tapi seperti kota yang ramai menjadi sepi di akhir hari dan bangun kembali esok hari, seperti Brighton Pier yang telah berdiri setengah dekade lalu dan masih berdiri sekarang, kita pun akan bertahan melalui pandemik ini. This too shall pass. [IM]

Previous articleAktivitas (Gratis) Selama Karantina
Next articleA Peek To Studying Exercise And Sports Science