Ilmu Kebahagiaan – R U OKAY?

1171
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Di hari bahagia ini, yuk kita pentingkan yang paling penting dalam hidup kita– kesehatan mental.

Apakah kamu benar-benar bahagia? Apa saja, sih, yang bikin kamu bahagia? Kapan terakhir kali kamu merasa begitu bahagia? 

Pertanyaan-pertanyaan di atas kedengarannya sedikit kekanakkan, ya, tapi bukankah itu pertanyaan yang paling penting yang perlu dipikirkan oleh setiap orang–minimal sekali dalam setahun? Memang, hari Kebahagiaan Internasional diperingati setiap tanggal 20 Maret, tapi bukan berarti di bulan September ini kita lantas melupakannya. Kebahagiaan pribadi, a.k.a kesehatan mental, kini menjadi pusat perhatiaan para ilmuwan karena semakin tingginya angka bunuh diri. Supaya lebih paham, yuk kita kabur sejenak dari gejolak hidup dan jadwal yang sibuk dan mulai merenungkan topik kita bulan ini.

Jika kita gali lebih dalam–ilmu kebahagiaan, kita akan mendapatkan bahwa tidak ada definisi yang jelas. Setiap orang memiliki pendapat yang berbeda-beda. Situasi yang berbeda juga bisa memengaruhi pendapat, lho. Hmm…

Sekali lagi, jika kita melihat aspek yang lebih luas, kita akan mendapatkan bahwa ilmu kebahagiaan terletak pada kemampuan kita untuk menciptakan atau membangun hubungan yang sehat dengan orang lain, memiliki hubungan yang bermakna, dan meraih cita-cita. 

Psikologi Positif

Di dalam hidup, kita mungkin bertemu dengan orang-orang selalu punya alasan untuk membenarkan mengapa mereka tidak dapat melakukan tanggung jawabnya atau gagal meraih cita-citanya. Kita juga bertemu dengan mereka yang tidak pernah mengeluh soal kesulitannya dan menjelma menjadi orang-orang yang sukses dan bahagia.

Menurut Anda, apa sih yang membuat dua orang yang berbeda namun memiliki kemampuan yang sama bisa bahagia dan sukses, sedangkan lainnya tidak bahagia dan tidak sukses?

Jawaban pertanyaan ini terletak dalam dunia positif psikologi. Bidang ini bekerja dari tempat di mana kita dapat memahami sisi baik dan buruknya kehidupan. Psikologi positif berfokus pada elemen positif kehidupan, seperti karakter yang kuat, emosi positif, daya tahan, tujuan, hubungan yang positif, dan pencapaian kreatif.

Psikologi positif adalah bidang ilmu sosial yang baru yang berkutat dalam spektrum riset dan aplikasinya secara luas dan mendunia.

Menurut salah satu pencetusnya, Christopher Peterson, psikologi modern atau ilmu kebahagiaan sebenarnya adalah ilmu yang memelajari segala hal yang membuat hidup lebih bermakna.

Jika dibandingkan dengan psikologi “old school”, psikologi positif atau ilmu kebahagiaan era baru memungkin orang melihat lewat berbagai lensa. Psikologi tradisional dapat berpindah dan menolong orang walaupun tidak sesuai seperti yang diharapkan.

Psikologi tradisional juga membantu orang fokus pada energinya sendiri untuk memperbaiki apa yang salah dalam hidupnya. 

Psikologi positif, di lain pihak, membantu orang mendapat lebih banyak dari yang mereka harapkan. Juga, membantu membentuk hidup mereka sehingga dengan demikian memungkinkan mereka untuk mendapatkan hidup yang lebih sehat, bahagia, dan memuaskan.

Kalau begitu, apakah bentuk-bentuk psikologi lainnya menjadi tidak akurat? Setelah membandingkan keduanya, rasanya tidak adil memuji yang satu dan mengecilkan yang lainnya, karena sekali lagi, semuanya tergantung dari capaian yang diinginkan. Menjawab pertanyaan di atas, para ahli psikologi menyatakan bahwa masalahnya bukan pada pendekatan mana yang lebih baik. Klaim bahwa psikologi positif adalah jawaban yang benar terlalu luas. Yang tepat, psikologi positif menekankan beberapa sudut pandang yang penting yang selama ini luput dari pengamatan, bahkan terabaikan dalam dunia psikologi.

Psikologi positif sebenarnya menganggap penting hal-hal yang benar terhadap seseorang dan membantu mengembangkan hal-hal yang benar ini berlipat kali.

Evolusi ilmu kebahagiaan 

Istilah “ilmu kebahagiaan” eksis bersamaan dengan evolusi psikologi. Dr. Martin Seligman dan Dr. Mihaly Csikszentmihalyi adalah para pendiri awal konsep ini.

Konsep ilmu kebahagiaan telah berkembang tidak hanya dari disiplin ilmunya, tapi juga mengakar di berbagai disiplin ilmu yang terdiri dari riset emosi, psikologi moral, humanisme, terapi perilaku kognitif dan kemanusiaan, terutama filosofi.

Martin Seligman di awal-awal karirnya sebagai seorang psikolog tak sengaja menemukan teori ketidakberdayaan yang dipelajari. Jika dimaknai secara keilmuwan, teori ini menjelaskan orang-orang yang berpikir bahwa perbuatannya tidak menentukan dalam pencarian kebahagiaan.

Dalam pandangan Dr. Seligman, ide ketidakberdayaan yang dipelajari ini membuatnya mengeksplor bidang optimisme yang dipelajari. Menurutnya lagi, jika orang dapat belajar menjadi tidak berdaya dan bersikap negatif terhadap hidup, dengan sendirinya mereka dapat memelajari menjadi seorang ceria dan optimis terhadap hidup. Konsep optimisme yang dipelajari ini menekankan peran penting proses kognitif dalam kepuasan dan kesejahteraan diri.

Secara resmi, konsep psikologi positif mulai dipakai sekitar 20 tahun lalu, tepatnya di tahun 1998 saat Martin Seligman, yang saat itu menjabat sebagai President of American Psychological Association, melakukan misi untuk menarik perhatian psikologi terhadap elemen-elemen positif yang akan membantu orang dalam mengupayakan kehidupan yang lebih bahagia. 

Cara untuk Bahagia

Setelah memelajari peran psikologi positif, mari kita pusatkan perhatian kita terhadap hal-hal menarik dan praktis yang dapat kita praktikkan dalam kehidupan kita sehari-hari agar kebahagiaan diri kita terjaga.

Mari kita mulai dengan hal yang paling mudah untuk mempercepat meter kebahagiaan, dan menjaganya tetap “kencang berlari” baik selama 20 menit setiap hari. Anda pasti akan merasa terkejut setelah membacanya, tapi kenyataannya, menjaga kebahagiaan diri adalah pemicu semangat agar tetap berada dalam suasana hati yang positif dan dapat membantu juga dalam meningkatkan daya ingat.

Sebuah studi yang dilakukan oleh periset di University of Sussex menguatkan teori bahwa “berada di luar ruang, dekat laut, udara hangat di akhir minggu sore yang hangat adalah suasana yang paling membahagiakan. Kenyataannya, para partisipan lebih bahagia berada di luar ruang, dalam alam terbuka, daripada mereka yang berada di lingkungan perkotaan”.

Studi lainnya dari Osaka University di Jepang yang mencari tahu pengaruh cuaca terhadap kebahagiaan dan menemukan bahwa kebahagiaan seseorang berhubungan dengan temperatur. Ya, kebahagiaan ternyata punya suhu maksimal, lho, yaitu 13.9°C.

Berolahraga dan mengonsumsi makanan sehat berperan sangat penting dalam meningkatkan nilai kebahagiaan. Banyak sekali studi yang menunjukkan bahwa secara fisik, orang yang memiliki dua kebiasaan di atas memiliki tingkat kegusaran dan depresi yang jauh lebih rendah.

Mengapa?

Berolahraga melepaskan protein dan hormon endorfin yang dapat membuat perasaan kita lebih baik. Mengonsumsi bahan makanan dari unggas, ikan, susu, dan pisang memroduksi hormon dopamin (hormon bahagia).

Dopamin, yang memiliki ‘feel good hormone’, adalah sebuah neurotransmiter yang bekerja di bagian otak “senang-senang”. Hormon ini juga memberi sumbangan meningkatkan respons gerak dan emosi.

Faktor lainnya yang membantu kita tetap bahagia adalah tidur malam yang cukup. Membuat diri rileks dan tidur lelap selama 6-8 jam setiap hari sangat membantu dalam menenangkan pikiran dan menjaga hati tetap tenang sepanjang hari. 

Nah, demi kesehatan mental kita sendiri, yuk kita ikuti prinsip-prinsip psikologi positif supaya semangat kita tetap terjaga. Seperti yang kita ketahui, sukses bukanlah kunci kebahagiaan, namun kebahagiaan sudah pasti merupakan kunci sukses. [IM]

Previous articleNgobrol Bareng Ernest Prakasa dan Meira Anastasia
Next articleBagaimana Kewiraswastaan Dan Startup Menguntungkan Mahasiswa