“Angklung for Peace” adalah tema dari konser mini yang digelar dalam rangka perayaan Hari Angklung Sedunia yang berlangsung di Wisma Duta RI di Canberra pada tanggal 16 November 2024 yang lalu. Konser mini yang menampilkan para pemain angklung dari kelompong ‘Angklung Circle’ dari Organisasi Wanita Internasional di Canberra ini merupakan konser yang ke-dua kalinya diselenggarakan, setelah sebelumnya pada tahun 2023.
Adapun Angklung Circle sendiri didirikan pada awal 2023 untuk memperkenalkan dan mempromosikan alat musik tradisional Indonesia yang terbuat dari bambu ini. Angklung Circle dimotori oleh beberapa Pengurus Dharma Wanita Persatuan KBRI Canberra yang tergabung dalam Organisasi Wanita Internasional tersebut.
Rasa bangga akan alat musik angklung yang diakui oleh UNESCO sebagai salah satu dari warisan tak benda dunia inilah yang memotifasi DWP KBRI Canberra untuk membentuk Angklung Circle dan mempromosikan angklung di Australia terutama di kalangan diplomatik dan masyarakat international di Canberra.
Pada konser angklung kali ini, Dr. Marsia Gustiananda Pramono yang adalah ketua dari Angklung Circle bertindak sebagai convenor. Ibu Marsia memandu acara yang dihadiri oleh lebih dari 110 orang undangan yang terdiri dari warga Australia, para duta besar negara sahabat, diplomat, akademisi, anggota organisasi internasional, serta undangan lainnya.
Acara dimulai dengan upacara penyambutan bagi para penonton saat mereka memasuki ruangan di Wisma Duta, tempat konser dilaksanakan. Para pemain angklung berbaris di kanan dan kiri pintu gerbang wisma, membunyikan angklung untuk menyambut kedatangan para penonton dan menandai dimulainya konser. Alunan angklung yang terbuat dari bambu tersebut menghasilkan melodi yang harmonis dan saling bersautan, menciptakan suasana magis yang membuat para penonton terpesona dan merasakan momen penyambutan yang spesial.
Lagu pertama yang dipersembahkan adalah ‘A Million Dreams’, sebuah lagu dari film ‘The Greatest Showman’ yang dibintangi oleh Hugh Jackman, aktor dan bintang film asal Australia. Lagu ini menceritakan semangat bercita-cita besar dan keyakinan akan terwujudnya mimpi-mimpi dengan usaha keras. Masih sejalan dengan konsep tentang mimpi dan cita-cita, lagu berikutnya yang dipersembahkan adalah ‘I Have a Dream’ karya Marry Donnelly. Dengan lagu tersebut hadirin diajak untuk merenungkan kembali pentingnya perdamaian, sesuai dengan tema konser yang bertajuk “Angklung for Peace”.
Suasana di Wisma Duta RI di Canberra penuh dengan kegembiraan dan apresiasi saat para anggota Angklung Circle mempertunjukan kebolehannya mengangklungkan 12 lagu diantaranya lagu klasik ‘Canon in D’ (Pachelbel), lagu populer ‘Rolling in the Deep’ (Adele), lagu lawas ‘Somewhere My Love’, dan tidak ketinggalan lagu daerah Jawa Barat ‘Manuk Dadali’. Semuanya mengalun indah lewat kurulung angklung yang berhasil menghipnotis hadirin dan mendapatkan sambutan yang meriah dari para penonton. Siapa sangka, lagu-lagu klasik yang umumnya dimainkan dengan orkestra atau lagu pop yang diiringi band bisa terdengar lebih indah dan istimewa berkat suara angklung yang unik.
Keberhasilan Angklung Circle mengadakan konser mini yang kedua kalinya ini merupakan prestasi yang perlu diabadikan. Apalagi konser ini diselenggarakan oleh komunitas penggemar angklung yang paling inklusif dengan berbagai macam latar belakang dan kewarganegaraan.
Dalam sambutannya, Dr. Siswo Pramono, Duta Besar RI untuk Australia, mengapresiasi keberadaan Angklung Circle yang semangat berlatih demi terselenggaranya konser yang kedua ini.
Bapak Duta Besar juga menggaris bawahi peran seni budaya seperti angklung sebagai bagian dari bentuk ‘soft diplomacy’ dan sarana untuk melakukan ‘people to people dialogue’. Beliau menyoroti fakta bahwa anggota Angklung Circle yang tampil pada malam itu mayoritas bukan dari Indonesia namun berasal dari berbagai bangsa: Australia, Papua Nieuw Guinea, Malaysia, Laos, Thailand, Tonga, Vietnam, South Africa, Peru, Yunani, Iran, Kuwait, dan beberapa negara lainnya.
Demikian pula dengan penonton yang hadir pada konser mini ini, meskipun jumlahnya hanya sekitar 110 orang, namun sangat beragam karena mereka berasal dari kedutaan besar negara-negara sahabat yang ada di Canberra.
Persiapan konser memang tidak mudah mengingat para anggotanya bukan pemusik profesional. Khusus untuk persiapan konser dalam rangka hari angklung sedunia tersebut, latihan dilakukan lebih intensif menjadi dua kali seminggu selama hampir dua bulan terakhir sebelum konser.
Angklung Circle berlatih secara rutin dibawah bimbingan Bapak Rubby Al Burhan, yang menciptakan sistem pembelajaran angklung yang cukup inovatif berbentuk video dengan konsep ‘karaoke angklung play along’. Anggota Angklung Circle berlatih dengan mengikuti video pembelajaran tersebut. Saat angka yang sama dengan nomor angklung yang mereka pegang tersebut disorot, itulah saatnya mereka membunyikan angklung mereka.
Respon dari para anggota Angklung Circle terhadap konsep pembelajaran ini sangatlah positif. Ibu Yetty Daly, salah satu anggota Angklung Circle mengatakan merasa senang karena dapat menikmati bermain musik angklung dengan cara yang mudah dan gampang diikuti sehingga menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan menarik.
Konsep pembelajaran ini juga memupuk rasa kebersamaan dan semangat berlatih di antara para anggota Angklung Circle. Hal ini terbukti dengan bertambahnya anggota Angklung Circle, yang pada awal didirikannya berjumlah 21 orang, pada tahun 2024 mencapai lebih dari 40 orang.
Video angklung play along yang diciptakan oleh Pak Rubby dan dapat diakses melalui kanal YouTube (https://www.youtube.com/channel/UCYFEV-FvoM8_NIljdzxGRoA) ini juga sangat bermanfaat dalam memandu permainan angklung interaktif, memungkinkan para partisipan untuk mengikuti panduan secara visual dan ritmis.
Banyak anggota Angklung Circle bukanlah pemusik profesional dan sebelum bergabung, mereka tidak memiliki pengalaman bermain musik, apalagi tampil dalam konser. Salah satu anggota yang turut tampil malam itu, mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya dia tampil dalam konser dan merupakan pengalaman terbaik yang pernah dia alami. Dia juga menyatakan bahwa momen ini tidak akan pernah dilupakan seumur hidupnya.
Komentar yang positif juga disampaikan para duta besar negara sahabat yang hadir pada acara konser malam itu. Mereka sangat menikmati pertunjukan angklung dan antusias mengikuti sesi angklung interaktif.
Suasana malam di penghujung musim semi yang hangat itu terasa sangat akrab dan penuh persaudaraan. Salah satu penonton berkomentar bahwa mini konser ‘Angklung for Peace’ ini bukan semata-mata pertunjukan musik, tapi merupakan acara yang kental dengan semangat komunitas dan kekeluargaan. Hal tersebut sejalan dengan UNESCO, yang menobatkan Angklung sebagai warisan budaya dunia karena merupakan seni musik yang mengandung nilai-nilai dasar kerja sama, saling menghormati, dan keharmonisan sosial.
Bapak Dubes Dr. Siswo Pramono juga menggaris bawahi bahwa bermain angklung bukan semata-mata memainkan alat musik tetapi juga sarana membangun sebuah komunitas.
Sejalan dengan tema Hari Angklung Sedunia 2024, “Mewujudkan Perdamaian Global melalui Getaran Harmoni Angklung”, mari kita getarkan angklung di relung jiwa kita, memelihara warisan budaya leluhur ini dengan cinta, dan sebarkan maknanya untuk perdamaian dunia. [IM]
Oleh: Marsia Gustiananda Pramono