Hackathon Merdeka 2.0 diikuti oleh Diaspora Indonesia di Sydney

1300
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Setelah sukses dengan Hackathon Merdeka 1.0 yang bertemakan kebutuhan pangan, Code4Nation yang diinisiator oleh Ainun Najib kembali menantang coder dan programmer Indonesia untuk menyelesaikan masalah lainnya. Hackathon Merdeka 2.0 yang telah dilaksanakan pada tanggal 24-25 Oktober lalu bertujuan untuk menyelesaikan isu pendataan kependudukan Indonesia dan kemudahan pelayanan administrasi kependudukan.

Ajang ini dilaksanakan serentak di 28 kota, yakni di Banda Aceh, Toba, Medan, Pekanbaru, Palembang, Belitung, Tangerang, Depok, Bogor, Bandung, Cirebon, Garut, Banyumas, Wonosobo, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Pontianak, Balikpapan, Makassar, Mamuju, Manado, Denpasar, Sumbawa, Ambon, Jayapura, dan diaspora Indonesia di Sydney, Australia.

Menurut Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, Hackathon Merdeka 2.0 memecahkan rekor dunia yang sebelum dipegang oleh HackMIT, Amerika Serikat pada tahun 2013 dengan jumlah peserta sekitar 1700 orang atau 620 tim. Namun apa itu Hackathon? Hackathon adalah istilah dari Hacking + Marathon adalah saat dimana para programmer dan project manager berkumpul untuk membangun aplikasi sesuai tema permasalahan dalam kurun waktu yang sudah ditentukan (seperti 24 jam).

Acara Hackathon Merdeka kota Sydney diselenggarakan di kantor Freelancer.com yang berada di Sydney CBD. Sydney adalah kota pertama diluar Indonesia yang mem-pioneer pergerakan partisipasi diaspora Indonesia untuk membantu menyelesaikan masalah bangsa. Walaupun tidak berada di Indonesia, antusiasme peserta di kota Sydney tidak kalah dibandingkan dengan yang di Indonesia. Diikuti oleh 15 peserta yang terbagi dengan 6 tim, Willix Halim, Wakil Presiden dari Freelancer.com mengaku bahwa ia bangga dengan kualitas peserta Sydney yang lebih bagus dibandingkan kota-kota lainnya.

Juara pertama diraih oleh Rendy Pranata, Hansen Tanoto dan Tommy Datulong yang berhasil membuat aplikasi untuk memudahkan warga Indonesia yang berada di luar negeri untuk “lapor diri” atau lapor kedatangan ketika mereka tiba di luar negeri untuk sekolah, bekerja atau tinggal sementara. Mereka mengaku proses untuk melapor diri semestinya mudah dan tidak ribet atau membutuhkan waktu dan proses yang panjang. Aplikasi ini dinamakan “Diaspora”.

hackathon2Selain itu, juara kedua adalah aplikasi Edunasi, Edukasi Nasional yang memfokuskan diri untuk mengidentifikasikan murid yang putus sekolah dan daerah yang membutuhkan dengan bantuan Pemerintah Daerah dan sekolah-sekolah setempat. Aplikasi lainnya yang dibuat adalah INTI (Identitas Tersambung Indonesia) yang bertujuan agar profil dan identitas warga Indonesia dapat tersimpan Online.

 

Maraknya antusiasme peserta Hackathon Merdeka memicu panitia untuk melaksanakan Hackathon Merdeka 3.0 yang telah dijadwalkan akan terjadi pada bulan Desember tahun ini. Hackathon Merdeka 3.0 mengusung tema pemberantasan Korupsi. Untuk info lebih lanjut bisa dilihat di http://hackathonmerdeka.id/

posterGlobal

Previous articleEmber – Mug Pintar
Next articleKampanye baru membantu pelancong Indonesia di luar negeri