Cerita Covid Dari Seorang Dokter

480
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail


INDOMEDIA mewawancarai penyintas Covid-19 yang kebetulan seorang dokter.
Nah, bagaimana ceritanya, nih!

Hi Terima kasih telah bersedia sharing cerita covid mu! Boleh perkenalkan diri dulu?
Inisial saya KS. Saya seorang dokter umum yang memiliki praktik di Kota Bandung. 

Kapan, nih, terkena Covid-nya? Dan, jenis covid yang mana?
Saya kena Covid di awal tahun 2021. Jadi, sepertinya varian Covid Delta.

Bagaimana pertama sadarnya dan apa yang dilakukan setelahnya?
Sadarnya karena ada simptomnya, yaitu panas dingin dan meriang, disertai batuk pilek. Setelah itu langsung tes di laboratorium dan hasilnya positif. Karena gejala saya tidak terlalu parah, maka saya isolasi mandiri di rumah. Tidak parah maksudnya tidak sampai memerlukan peralatan medis. Tetapi, selama seminggu pertama itu benar-benar menderita, sih: panas dingin dan tidak bisa tidur. Kalau bicara atau makan pun sakit, ditambah tidak bisa bertemu keluarga.

Apa perasaan kamu saat terkena Covid?
Sejujurnya, tidak kaget, karena memang Indonesia saat itu lagi berada dalam gelombang Covid. Apalagi pekerjaan saya kan memang dokter yang lebih riskan untuk terpapar. Perasaan saya tidak takut juga karena saya tidak punya penyakit bawaan atau komorbid, jadi tenang saja. Yang penting istirahat dan makan sehat. Isolasi dari keluarga agar yang lain tidak tertular.

Butuh berapa lama untuk pulihnya? Setelah itu apakah ada dampak tertentu?
Sebenarnya setelah satu minggu dites hasilnya sudah negatif dan gejalanya pun sudah tidak terasa. Tetapi, mengikuti anjuran protokol, saya tetap isolasi mandiri selama 2 minggu. Setelahnya pun saya masih sering merasa sesak, terutama jika melakukan aktifitas seperti naik turun tangga atau bicara yang panjang. Beberapa pasien saya yang terkena Covid pun ada yang masih merasa aneh saat makan atau minum, tetapi saya sendiri sudah biasa saja. Memang dampak Covid ini tidak sama pada semua “alumninya”.

Apa pesan buat mereka yang nggak percaya Covid itu ada?
Memangnya masih ada yang nggak percaya, ya? Kalau masih ada, jujur saya ingin berkata kasar, ya. Lihat sekeliling sajalah. Lihat rumah sakit dan tanya para pekerja kesehatan yang bertugas.

Sebagai dokter, bagaimana pekerjaan Anda terdampak oleh pandemi ini?
Sangat terdampak pastinya. Dalam praktik sehari-hari pun saya jadi harus menggunakan APD yang lengkap, selain itu juga ikut diminta menjadi relawan vaksinasi. Tetapi, ada positifnya juga, sih, yaitu orang-orang semakin menyadari pentingnya profesi seorang dokter. Semoga semakin banyak anak muda yang mau menjadi pekerja kesehatan di masa depan.

Menurut Anda, kapankah covid ini akan berakhir?
Hahaha… kami juga menanyakan pertanyaan yang sama. Sayangnya, saat ini belum ada jawaban yang pasti, terutama melihat banyaknya varian baru yang bermunculan. Angka Covid di Indonesia pun sedang meningkat lagi. Ya, semoga kita semua saling menjaga dan bersama-sama melewati masa ini dengan kompak.

Harapan saya hanya satu: lakukan vaksinasi jika bisa. Vaksinasi adalah suatu hak dan kewajiban. Hak untuk bisa mendapat perlindungan dan kewajiban pada komunitas untuk melawan pandemi ini bersama! Ya, memang bukan berarti setelah vaksinasi tidak bisa terkena Covid, tetapi memang benar vaksinasi ini bisa membantu tubuh melawan virus yang masuk sehingga gejala tidak terlalu berat. 

Jangan gunakan kasus-kasus khusus sebagai alasan untuk tidak vaksinasi. Kami para pekerja kesehatan dan pemerintah sudah berjuang untuk bisa memberikan yang terbaik bagi rakyat. Tolong jangan disia-siakan. [IM]

Previous articleICC-NSW introducing Mental Health First Aiders:
Next articleGamelan Bali Sambut Mahasiswa Internasional di Canberra