CEGAH TRANS FAT SEBELUM TERLAMBAT

2588
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Di era modern seperti ini, kebutuhan akan makanan cepat saji dan makanan beku masih menjadi pilihan. Hampir di dalam kulkas di setiap rumah, ada saja yang menyimpan berbagai olahan makanan beku yang praktis untuk digoreng atau dikukus jika ingin dikonsumsi. Kalau dilihat dari segi praktis, ya memang praktis. Namun jika ditelaah kembali, makanan-makanan yang terasa nikmat tersebut sama sekali tidak memiliki nutrisi yang baik bagi tubuh. Belum lagi, banyak orang yang tidak tahu kalau produsen makanan memilih penggunaan lemak trans untuk memperpanjang expired date tanpa merubah rasa produk yang disimpan di lemari pendingin. Apa itu lemak trans? Sebelum terlambat, yuk kenali lebih jauh tentang lemak trans atau yang sering disebut trans fat?

Lemak trans atau trans fat adalah jenis lemak yang molekulnya tersusun atas rangkaian atom-atom karbon yang mengandung satu atau lebih ikatan ganda dan memiliki struktur trans. Lemak trans mengalami penambahan atom hidrogen pada molekulnya yang disebut proses hidrogenasi. Lemak ini sering disebut juga asam lemak trans (trans fatty acid) atau lemak terhidrogenasi. Dikarenakan sifatnya yang mudah digunakan, murah, dan tahan lama, banyak perusahaan makanan suka menggunakan lemak trans ini. Lemak trans juga dapat meningkatkan tekstur dan cita rasa makanan. Tak hanya itu saja, lemak trans sering digunakan untuk menggoreng makanan karena minyak yang mengandung lemak trans dapat digunakan berulang kali.

Belum banyak masyarakat yang sadar bahwa kandungan lemak trans ini dapat ditemui dalam beberapa makanan yang justru terlanjur menjadi favorit mereka. Nah, apa saja makanan yang mengandung lemak trans dan sebaiknya Anda hindari? Berikut ini beberapa diantaranya:

1. Kentang Goreng. Meski sudah ada beberapa brand fast food ternama yang mulai mengurangi bahkan menghilangkan penggunaan trans fat untuk kentang gorengnya, namun masih tetap ditemukan di beberapa restoran yang kentang gorengnya masih mengandung 3,5 gram trans fat.

2. Margarin. Margarin kerap dipromosikan sebagai solusi pengganti mentega, karena margarin dibuat dari minyak sayuran, bukan dari olahan susu. Namun untuk memproduksi margarin yang padat, banyak produsen yang menggunakan hydrogenated oil yang jelas tinggi kadar trans fat-nya.

3. Crispy Fried Chicken. Seperti halnya kentang goreng, fried chicken juga mengandung trans fat yang berbahaya. Beberapa restoran fast food terbukti menggunakan hydrogenated oil.

4. Ice Cream. Beberapa varian rasa dari salah satu produsen es krim ternama, seperti rasa kelapa, nanas, cherry, green tea, bahkan rasa vanilla, mengandung 0,5 gram trans fat dalam sekali penyajian.

5. Non Dairy Creamers. Bagi pecinta kopi, non dairy creamers bisa jadi pilihan enak. Namun, ini bisa saja sama artinya dengan memasukkan lemak trans ke dalam tubuh. Ada beberapa non dairy creamers yang mengandung hydrogenated oil. Untuk para pecinta kopi, Anda harus lebih berhati-hati dengan mengecek label terlebih dulu sebelum membeli non dairy creamers.

6. Microwave popcorn. Popcorn adalah snack favorit dan masuk dalam kategori snack sehat, asalkan polos tanpa tambahan rasa. Namun ketika popcorn sudah ditambahkan perasa tambahan, lain lagi persoalannya. Salah satunya adalah rasa asin mentega yang mengandung 0,5 gram trans fat dalam sekali penyajian. Selain itu, rasa karamel juga mengandung 1,5 gram trans fat.

————————————————————————-

PERKEMBANGAN PENGGUNAAN LEMAK TRANS DI BEBERAPA NEGARA

Secara umum tubuh kita memang membutuhkan lemak dalam kuantitas tertentu. Selagi dalam batas wajar dan mengkonsumsi lemak sehat, itu tidak berbahaya untuk kesehatan. Kelebihan lemak dalam tubuh yang berasal dari makanan yang dikonsumsi cenderung disimpan sebagai lemak tubuh. Namun kelebihan konsumsi lemak trans bisa meningkatkan kolesterol LDL (kolesterol jahat) dalam darah sehingga meningkatkan resiko gangguan metabolisme dan meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular terutama penyakit jantung dan stroke.

Penelitian demi penelitian pun menunjukkan bahwa lemak trans memang tidak baik. Selain gangguan metabolisme dan risiko penyakit kardiovaskular, lemak trans dikaitkan dengan beberapa penyakit seperti obesitas, diabetes tipe 2, dan peradangan sistemik. Salah satu penelitian yang dipublish oleh National Institutes of Health, menunjukkan bahwa monyet Afrika yang diberi makan lemak trans bertambah berat badannya. Sebuah studi yang diterbitkan dalam American Journal of Clinical Nutrition menunjukkan terdapat hubungan antara konsumsi lemak trans dan diabetes tipe 2.

Melihat berbagai ancaman dari lemak trans, sebuah pusat pemberitaan di Amerika mengungkapkan keseriusan negaranya untuk memberantas lemak trans pada makanan. Para pejabat keamanan pangan, Food and Drug Administration (FDA) AS mengambil langkah untuk melarang penggunaan lemak trans yang memberikan ancaman bagi kesehatan. FDA Food Advisory Committee sendiri telah merekomendasikan asam lemak trans yang baik untuk kesehatan adalah tidak lebih dari 1% dari tingkat energi (2 gram setiap hari dari 2.000 kkal asupan energi). Menanggapi keseriusan pemerintah AS, tidak sedikit perusahaan makanan yang telah menghapus lemak trans dalam komposisi produknya dan mengganti label nutrisi yang baru pada kemasan tersebut.

Kesadaran para produsen makanan ini ternyata memberikan dampak yang baik. FDA mengungkapkan bahwa asupan lemak trans di Amerika menurun dari 4,6 gram per hari menjadi sekitar 1 gram per hari. Selain Amerika, beberapa negara seperti Australia, Kanada, Denmark, Swiss, dan Uni Eropa, juga melarang penggunaan lemak trans pada produk makanannya. Sayangnya, penggunaan lemak trans di Indonesia masih termasuk tinggi. Contohnya saja, penggunaan minyak yang berulang kali untuk menggoreng masih banyak ditemui dan pemilihan margarin yang memiliki kadar lemak trans yang cukup tinggi untuk memberikan rasa yang lebih gurih pada kue dan biskuit.

Previous articlePISANG MOLEN
Next articleSTOP IT AT THE START – Kampanye Melawan Kekerasan Terhadap Wanita