Balik Indo Di Masa Pandemi

791
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

 

Beberapa bulan telah berlalu sejak kita pertama kali dilanda pandemi Covid-19. Meski keadaan mulai sedikit kembali ‘normal’, jejak-jejak kenangan, kesulitan dan kontribusi tentunya masih terasa. Tak sedikit warga Indonesia di Australia yang harus kembali ke tanah air, baik karena terpaksa maupun karena pilihan. Salah satunya adalah saya sendiri. 

Dua bulan yang lalu saya meninggalkan kota Sydney yang telah menjadi rumah selama beberapa tahun terakhir ini. Dengan rasa sedih dan senang saya mempersiapkan diri untuk kembali ke Indonesia. Tentunya dengan keadaan covid seperti ini, ada beberapa persiapan tambahan yang harus dilakukan. Berikut ini pengalaman saya, dan sangat dianjurkan untuk mencari tahu informasi terbaru tentang persyaratan melakukan perjalanan
di masa yang tak pasti ini.

1. Beli tiket pulang
Di bulan-bulan lalu, penerbangan dari Garuda Indonesia sangatlah terbatas.
Satu bulan hanya 2 penerbangan langsung dari Sydney ke Jakarta. Jadi, rencanakanlah kepulangan kalian dengan baik, mulai dari cari tiket pulang. Selain Garuda, masih juga
ada maskapai lainnya, tapi kebanyakan harus transit di kota lain dulu. Untuk Garuda,
saya rekomendasikan untuk menelpon langsung ke kantor Garuda dan tanyakan bila
ada diskon (seperti diskon PPIA gitu).

2. Urusan barang-barang
Selain barang umum yang kalian butuhkan, pastikan kalian membawa perlengkapan kesehatan. Sangat dianjurkan untuk memakai masker KN-95 selama kalian di perjalanan nantinya. Siap-siap juga jika kalian sampai harus di karantina dua minggu sesampainya
di Indonesia. 

3. PCR Test
Nah, ini yang penting. Sebelum kalian kembali ke Indonesia kalian harus mengambil
tes PCR terlebih dahulu. Tes PCR ini maksimum diambil tujuh hari sebelum keberangkatan dan membutuhkan sekitar 2 hari untuk hasilnya. Maka, idealnya, ambillah tes ini 4-5 hari sebelum keberangkatan. Tes PCR ini disediakan gratis oleh pemerintah Australia, cukup google aja tes PCR di sekitar kalian. Ada beberapa klinik yang mewajibkan untuk daftar dan ada juga yang bisa langsung datang saja. Waktu itu, saya ke klinik di Prince Alfred Hospital yang tidak membutuhkan pendaftaran sebelumnya.

Proses tesnya sangat mudah. Saat datang, kita tinggal berbaris, dicek suhu, dan ditanya beberapa pertanyaan. Untuk proses tesnya, ada sample stick yang dimasukkan ke tenggorokan dan hidung kita. Memang tidak nyaman tapi cepat sekali, kok, jadi tidak
perlu dikhawatirkan! Lalu, kita diberi arahan juga untuk pemberitahuan hasil tesnya. Dengan mendaftar ke tautan yang diberi, kita bisa mendapat hasilnya via sms.
Hasilnya membutuhkan sekitar dua hari. Kalau positif, klinik akan langsung menelpon kita.

4. Surat Hasil PCR Test
Setelah mendapat sms hasil tes PCR, hubungi GP kalian. Kalau belum pernah ke GP,
google saja cari GP gratis dari asuransi kesehatan kalian. Lalu, buatlah janji untuk
minta surat keterangan yang mencantumkan bahwa kalian telah mendapat hasil tes
PCR-dan hasilnya negatif sehingga aman untuk bepergian. Surat ini cukup penting
karena akan diminta ditunjukkan di bandara saat berangkat maupun mendarat.

5. Sebelum ke Bandara
Ketika tiba di Kingsford International Airport, saya cukup terkejut karena tidak ada
kafe atau restoran yang buka. Jadi, sebaiknya kalian makan dulu sebelum berangkat.
Lalu, lakukan check in daring dan datanglah ke bandara lebih awal. Waktu itu,
saya harus mengantri hampir 1,5 jam untuk check in!

6. Saatnya berangkat
Bandara terasa lebih sepi, baik dari sedikitnya penerbangan, jarangnya orang yang lalu-lalang maupun dari toko-toko yang tutup. Ketika berbaris, suhu tubuh kami dicek dan ketika check in saya diminta menunjukan surat hasil PCR. Lalu sebelum masuk pesawat pun suhu tubuh kembali dicek. Di pesawat, kami diberi kartu formular yang harus diisi.

7. Tiba di Indonesia
Setibanya di bandara Jakarta, ada beberapa “pos” atau langkah yang harus dijalani. Pertama, semua penumpang diarahkan untuk mengisi formulir terlebih dulu.
Lalu, dicek suhu badan. Jika belum tes PCR, kita akan diarahkan untuk melakukan rapid test. Jika sudah, pemeriksaan berlanjut dengan pengecekan surat PCR dan formulirnya. Jika semua lancar, kita akan diarahkan ke imigrasi dan pengambilan bagasi. Setelah pengambilan bagasi, suhu tubuh akan dicek dan formular yang telah diisi juga dicek
sekali lagi sebelum keluar ke daerah kedatangan. 

Setahu saya, hanya orang-orang yang belum dites PCR yang akan dibawa
ke tempat karantina. Sisanya akan diijinkan pulang dan swa-karantina saja. 

Begitulah kurang lebih pengalaman saya kembali ke Indonesia di masa pandemi ini.
Seru-seru sedih. Untuk mengetahui informasi terakhir, boleh coba melihat situs
Garuda Indonesia atau menghubungi pihak KJRI Sydney.

Fun fact: Yang saya baru tahu, warganegara dan penduduk tetap Australia ternyata
tidak boleh keluar dari Australia tanpa mengajukan ijin bepergian terlebih dahulu! [IM]

Previous articleResources for Creatives
Next articleSydney’s Delights