Home Series All Things Local #ATLgoesLocal: Kuliner Semarang

#ATLgoesLocal: Kuliner Semarang

Happy Lunar New Year! Setiap Xin Cia, aku biasanya selalu pulang kampung ke kota Semarang. Setelah dua tahun tidak pulang karena studi, tahun ini akhirnya aku bisa pulang kampung. Dan, aku tidak sabar untuk mengunjungi tempat makan favoritku di kota ini. Nah, siap-siap ngiler, ya… Lihat juga videonya di IMTV

Semarang terletak di provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kota ini mendapat sebutan kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung. Kota yang berpenduduk 2 juta jiwa ini telah berkembang secara signifikan beberapa tahun terakhir, terlihat dengan banyaknya gedung pencakar langit yang bermunculan di penjuru kota.

Fun fact: Waktu liburanku ke Semarang ini bertepatan dengan kunjungan Jokowi ke sana! Nggak ketemu, sih, tapi di bandaranya ada Jokowi lagi naik sepeda. Serius! Lihat saja sendiri kalau tak percaya.

Aku tiba siang hari di Semarang setelah penerbangan singkat sekitar 1 jam 15 menit dari Jakarta. Kedatanganku disambut oleh kondisi bandara yang terlihat berbeda. Aku masih ingat, sekitar 2-3 tahun lalu, aku masih turun dari pesawat dengan tangga, lalu jalan ke bagian kedatangan dengan gedung yang beratap merah dan tampak tua. Sungguh berbeda dengan bandara ini: gedung putih berkaca biru yang memiliki desain arsitektur modern minimalis, bersih dan luas. Aku mengambil koper dan disambut dengan berbagai restoran sebelum pintu keluar. What a good first impression! Now we’re ready to explore the city and the food!

1. Gudeg Nglaras Rasa (Jl. MH. Thamrin No. 126, Pekunden)

Perhentian pertama kami adalah Nglaras Rasa. Restoran bagus ini disertai toko oleh-oleh khas Semarang yang menjual beragam makanan khas maupun kain batik, baju, dan aksesori. Sistem makan di resto ini mirip restoran padang, yaitu kita dapat memilih lauk yang diinginkan. Adikku memesan gudegnya, sedangkan aku memilih ayam dengan kreceknya. Aku kurang suka gudeg yang cenderung manis. Lauknya banyak, ada beragam sup dan soto, sajian ikan, dan lain-lain. Cocok banget buat one stop kuliner.

2. Soto Selan (Jl. Depok No.36D, Kembangsari)

Setiap ke Semarang, keluargaku pasti mengincar soto ini. Warung soto ini punya kebiasaan tutup beberapa hari saat Chinese New Year ini. Beruntung, waktu kami tiba, warungnya masih buka. Semangkuk soto ayamnya seharga Rp25 ribu alias 2 dollar 50 sen. Who’s in for a second bowl? Me! Yang bikin sotonya semakin enak adalah banyaknya pilihan topping, seperti jeroan, tempe, tahu, telur puyuh, dan beragam sate. Kesukaanku adalah sate ampela. Tidak seperti rasa sate ampela di tempat lain, sate ampela di sini seperti ada bumbu rahasia, menjadikan satenya wueeeenak dan empuk sekali. Tragisnya, sate ampelanya (dan sate ati) “cuti” dulu dari meja sampai perayaraan Cap Go Meh (15 hari setelah Chinese New Year). Hiks!

Pilihan lain buat soto yang juga kukunjungi adalah Soto Mbak Lin (Jalan Raya Babelan, Blok Irigasi No.66). Meski jeroannya tidak seenak Soto Selan, menurutku, soto yang terletak di kawasan penuh jajanan itu rasanya tak kalah nikmat.

3. Nasi Ayam Mbak Harni (Jl. Brumbungan Raya No. 7, Brumbungan)

Aduh, ngebayanginnya aja sudah bikin ngiler. Nasi ayam ini modelnya seperti nasi campur dengan kuah santan dan kuah pedas pilihan. Isinya ayam tahu telur. Topping-nya juga beragam: sate jeroan, sate telor, dan lainnya yang bikin nafsu makan meningkat. Uniknya, Mbak Harni melayani semuanya sendiri dari tengah kumpulan makanan itu. Dia juga bisa menghitung harga dari makanan yang kita pesan dengan cepat tanpa kalkulator (Is it just me? But I’m impressed!). Kita tinggal menyebutkan makan apa saja, nanti langsung dihitung harganya secepat kilat. Enak banget, deh, pokoknya. Pada jam makan malam, antrian di sini mengular. Jadi, sebaiknya datang sebelum jam 6 sore.

4. Wedang Kacang Hijau dan Kacang Tanah

Bubur kacang hijau di Semarang berbeda dengan yang daerah di Jawa Tengah lainnya. Kulit kacang hijaunya dikupas, sehingga warnanya kuning, bukan hijau, dan buburnya lebih kental. Campurannya adalah bubur kacang tanah yang lebih cair dan santan. Kombinasi yang sangat pas. Manis dan hangat, sesuai untuk hari-hari hujan yang biasanya mewarnai Chinese New Year.

5. Es Conglik (Jl. Kh Ahmad Dahlan No.11, Karangkidul)
Es puter ini bisa dibilang salah satu dessert legendaris di Semarang. Es krim kampung yang dijual di warung ini menarik pengunjung lokal maupun turis mancanegara. Varian rasa es krim yang ditawarkan cukup banyak dan mengunggah selera, seperti alpukat dan durian. Es ini disertai topping mewah, seperti roti, jeli, kelapa muda, sagu mutiara, sampai durian. Harganya juga murah sekitar Rp15-20ribu. Tapi pastikan banyak minum, ya, setelah makan es ini!

Selain kulineran, ada dua oleh-oleh wajib bawa dari Semarang, yaitu lumpia dan bandeng presto. Kedua makanan tersebut mudah ditemui di tempat oleh-oleh, gerobak, maupun toko khusus yang menjualnya. Sedikit penjelasan buat kamu yang belum pernah mencicipi bandeng presto, itu adalah sajian ikan bandeng yang sudah dibumbui dan dimasak dengan uap air bertekanan tinggi sampai tulang-tulangnya jadi empuk dan bisa dimakan. Hehehe, jadi nggak rugi, kan?

Kuliner di kota Semarang selain enak-enak, harganya pun ramah di kantong. Kalau kalian, apa kuliner favorit kalian di kota ini? [IM]

Exit mobile version