Selamat Hari Air Sedunia! Harinya air ini kita peringati setiap tanggal 22 Maret! Air merupakan
salah satu kebutuhan terpenting dalam hidup kita dan sudah saatnya kita memberi perhatian
lebih kepada air, termasuk water intake kita. Jadi, ayo ambil botol minum kalian dan saatnya
kita kepoin air bersama.
Kenapa air keran di Australia bisa diminum, sementara di Indonesia tidak bisa?
Buat kita, orang Indonesia, yang terbiasa minum air dari galon, datang ke Australia di mana kita bisa minum air keran rasanya kagok gitu, ya. Seneng, sih, bisa minum air gratis, tapi melawan nature kita aja gitu. Bahkan, beberapa orang Indonesia yang aku kenal di sini masih suka merebus air kerannya dulu atau membeli teko yang ada saringannya gitu biar lebih (terasa) amanlah ketika minum.
Pada dasarnya, air bersih yang bisa diminum itu adalah air yang sudah dibersihkan/disaring bakteri/zat-zat nya. Proses ini disebut desalinasi. Air yang diambil dari alam, misalnya air tanah atau bahkan air laut, akan diproses melalui instalasi desalinasasi sebelum didistribusikan ke rumah-rumah.
Di Australia sendiri, ada 70 bahan kimiawi yang diamati sebelum air dinyatakan aman untuk
diminum. Di Indonesia, kurang ada informasi yang terperinci mengenai hal ini. Namun, beberapa sumber menyatakan kalau permasalahan air keran di Indonesia terletak di proses distribusinya.
Masalah-masalah yang ada, antara lain adalah kebersihan pipa yang kurang diawasi dan
diatur ketat di Indo. Sementara, di Aussie, hal itu sudah diwajibkan untuk dimonitor secara
berkala. Lalu, masalah pada keran rumah sendiri yang seringkali tidak diganti bahkan berkarat. Memang, sih, kebiasaan orang Indonesia kalau ada keran bocor ditambal DIY saja… hahaha
Seketat-ketatnya diawasi dan dipelihara, air keran di Australia juga pernah terkontaminasi, lho. Bahkan, secara umum air keran ini tidak disarankan untuk diminum oleh bayi atau anak kecil.
Jadi, walaupun aman untuk diminum, ternyata lebih aman lagi pakai cara orang-orang Indo
di Aussie, yaitu dengan menyaring kembali airnya!
Dari mana sumber air bersih di Australia? Bukannya negeri ini bertanah gurun?
Australia adalah benua kedua paling kering di Bumi setelah Antartika. Tetapi, pada tahun 2019, Australia mencapai peringkat ke-4 dunia sebagai pengguna air terbanyak. Ternyata, negeri
Down Under ini mengambil mayoritas airnya dari surface water reservoir atau danau buatan. Beberapa yang terbesar adalah Wyangala Dam, Warragamba Dam, Cotter Dam, dan Corin Dam.
Hujan ditampung di penampungan tersebut sebelum dimurnikan. Namun, dengan ancaman perubahan iklim yang semakin meningkat dan menyebabkan musim panas yang semakin panjang, Australia menggunakan juga menempuh cara desalinasi air laut untuk sumber air bersihnya.
Terbang beberapa jam ke Indonesia, sumber airnya cukup berbeda dengan Australia,
yaitu kebanyakan berasal dari ground water atau air tanah yang sering kita sebut air sumur. Pengelolaan air bersih diatur oleh negara di bawah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang terdapat di setiap provinsi, kabupaten dan kotamadya di seluruh Indonesia. Ternyata, PDAM ini
sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, yaitu pada tahun 1920-an dengan nama Waterleiding. Sedangkan di jaman pendudukan Jepang perusahaan air minum ini bernama Suido Syo!
Konsumsi air di Australia vs di Indonesia
Menurut survei nasional, rata-rata pemakaian air per orang per hari di Australia adalah 190.49 liter. Angka ini meningkat di musim panas dan menurun di musim dingin. Seperti yang kita tahu, rekomendasi minum per hari adalah sekitar 3 liter. Tidak heran kalau kebanyakan air tersebut terpakai untuk aktifitas lain, seperti mandi, berkebun mencuci baju, dan piring kotor. Tipe pemakaian tidak jauh berbeda secara proporsi, meskipun di Indonesia rata-rata pemakaian jauh lebih rendah, yaitu 70 liter per hari. Meskipun di kota angka itu berlipat kali ganda dengan rata-rata 144 liter per orang per hari, toh masih lebih rendah dibandingkan pemakaian air per orang per hari di Australia. Kesenjangan ini diakibatkan masih sulitnya akses air bersih di daerah-daerah terpencil sehingga mereka bahkan tidak dapat memenuhi standar kebutuhan pokok air sehari-hari yang menurut penelitian adalah 121 liter.
Selain mendukung usaha pemerintah untuk menyediakan akses air bersih, hal kecil yang kita bisa lakukan adalah meningkatkan efektifitas penggunaan air. Caranya dengan mengurangi penggunaan yang tidak perlu dan mencoba metode-metode daur ulang/guna ulang air. Misalnya, menyiram tanaman dengan air bekas cuci beras. Hargailah air yang begitu berharga ini dan jangan anggap remeh akses terhadap air bersih ya, teman-teman INDOMEDIA! [IM]