“Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.” – Nelson Mandela
Dua puluh lima tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1999, lahir seorang bayi laki-laki yang
dinanti-nantikan setelah penantian panjang selama tujuh tahun. Kehadiran bayi mungil yang diberi nama Adam ini menjadi karunia tak terhingga bagi pasangan Achie Husin dan Herman Budiman. Mereka pun rela meninggalkan bisnis restoran “Bakmi Gajah Mada” yang dikelola di Maroubra, Sydney, demi memberikan perhatian penuh kepada buah hati mereka.
Meskipun menjadi anak semata wayang yang mendapat curahan kasih sayang, Adam tidak tumbuh menjadi anak manja. Sejak kecil, ia dididik untuk disiplin dan mandiri, hingga tumbuh menjadi sosok yang percaya diri. Masyarakat Indonesia di Sydney tentu mengenal Adam kecil yang kerap tampil di berbagai acara masyarakat Indonesia. Dengan suaranya yang merdu dan gaya yang menggemaskan, Adam sering menyanyi dan menari pada acara-acara bersejarah, seperti peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus.
Ketika itu, Adam menyanyikan lagu “Indonesia Raya” dengan penuh semangat dan selalu mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Seiring berjalannya waktu, saya terus mengikuti perkembangan karier Adam melalui unggahan-unggahan di Facebook yang sering dibagikan oleh ibunya.
Hingga suatu hari, saya menerima pesan dari Achie yang ingin mampir ke rumah. Kami memang berteman, dan kebetulan hari lahir kami sama. Walaupun sama-sama menetap di Sydney, jarak dan rutinitas masing-masing membuat kami jarang bertemu.
Pertemuan kami begitu hangat, terlebih dengan kehadiran Adam yang sengaja datang dari Amerika untuk merayakan hari lahir ibunda tercinta. Dari obrolan yang seru, terungkaplah perjalanan karier Adam yang sangat membanggakan.
Setelah menyelesaikan gelar Bachelor of Arts di bidang Media & Komunikasi, Pemerintahan, dan Hubungan Internasional pada tahun 2020, serta meraih gelar Bachelor of Laws pada tahun 2022 dari University of Sydney, Adam mendapatkan pekerjaan di San Francisco. Sambil bekerja, ia melanjutkan studinya di University of California, Berkeley, di bidang Commercial Contract Fundamentals dan Executive Education, serta lulus pada Januari 2024. Ia juga memperdalam pengetahuannya di bidang kecerdasan buatan (Artificial Intelligence).
Mari kita ikuti perjalanan karier Adam yang mengantarkannya sukses sebagai pengacara muda di Amerika Serikat. Sejak duduk di bangku Hurlstone Agricultural High School di Sydney, Australia, tempat ia menyelesaikan pendidikan menengahnya pada tahun 2016, Adam sudah menunjukkan jiwa kepemimpinan dan prestasi akademik yang menonjol. Ia sangat aktif dan ikut berpartisipasi dalam berbagai kompetisi debat PBB di Canberra dan New South Wales.
Selain sebagai pembicara muda, hobi bernyanyinya juga kerap ditampilkan pada acara-acara kemasyarakatan, baik dalam lingkup Indonesia maupun Australia. Ia sering didaulat menjadi MC di berbagai festival. Prestasinya pun gemilang, mulai dari menerima Sydney Scholars Scholarship Award hingga High Achievement Award, serta berhasil meraih beasiswa di University of Sydney.
Selama kuliah, Adam tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk memperdalam ilmu di bidang kepemimpinan dan keuangan. Ia dipercaya sebagai Bendahara di Sydney University Law Society, perkumpulan mahasiswa hukum terbesar di Australia, serta terpilih sebagai Duta Mahasiswa, mewakili universitas di berbagai acara, termasuk pertemuan antarnegara bagian. Adam semakin mantap dalam menentukan pilihannya. Selama masa kuliah, ia sempat mendapatkan kesempatan untuk belajar di luar negeri, yaitu di London School of Economics di London dan Peking University di Beijing, Tiongkok.
Obrolan kami berlanjut dengan penuh kehangatan, diselingi canda dan tawa, sambil menyeruput teh hangat. Pengalaman Adam yang dipaparkan dengan menarik membuat saya tak pernah bosan mendengarkannya. Kariernya berawal sebagai Panitera Hukum di Herbert Smith Freehills, kemudian pindah ke Afterpay, di mana Adam berperan penting dalam proses merger dan akuisisi Afterpay senilai $30 miliar oleh Block.
Sebagai pengacara berlisensi di Mahkamah Agung New South Wales dan sangat tertarik dengan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), Adam menggabungkan pengetahuannya di bidang AI dengan pekerjaannya sebagai pengacara untuk mempermudah tugas-tugasnya.
Melihat kesibukan, tanggung jawab, dan posisi yang diemban Adam, saya pun bertanya apakah ia merasa jenuh dengan rutinitasnya. Dengan senyum lebar, Adam menyampaikan bahwa dirinya tak berbeda dengan anak muda masa kini. Ia senang berteman, mengikuti tren, menyukai musik, yoga, dan hobi positif lainnya.
Adam bersyukur memiliki orang tua yang mengajarkannya pentingnya pendidikan dan tidak putus asa dalam mengejar impian.
SHARING YOUR KNOWLEDGE IS THE MOST FUNDAMENTAL ACT IN WHICH YOU CAN GIVE SOMETHING WITHOUT LOOSING.
Semoga pengalaman Adam bisa menjadi motivasi bagi kita semua dalam mengejar impian. Meskipun saat ini menyandang posisi sebagai pengacara muda di Amerika, Adam tetap rendah hati, santun, serta fasih berbahasa Indonesia, dan terus menjunjung tinggi kebudayaan leluhurnya, Indonesia. [IM]
Oleh: Yoen Yahya