“A Peek To Studying Marketing And Media In Sydney”

636
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Kali ini, Indomedia101 mengajak kalian mengintip ke dunia perguruan tinggi Australia. Banyak orang, termasuk saya sendiri, datang ke sini sebagai pelajar. Mengapa? Tentu karena banyak universitas di Australia yang masuk ke dalam universitas top dunia. Selain itu, banyak kesempatan dan beasiswa yang ditawarkan untuk pelajar internasional. Selain tentu saja faktor – “walaupun gaya hidup di sini mahal bisa dibilang baik dan terjamin” – juga menjadi daya tarik tersendiri. Nah, tapi bagaimana, sih, sebenarnya kuliah di sini? Apa yang sebenarnya dipelajari? Meski pengalamannya bisa jadi berbeda bagi setiap orang, semoga curhatan anak marketing media ini bisa memberi sedikit masukan bagi yang ingin lanjut belajar di bidang ini maupun untuk kalian yang kepo “kok kayanya santai banget, sih?”.

Sedikit buka diri, aku adalah seorang pelajar di Macquarie University dengan program Bachelor of Marketing and Media. Banyak orang yang nanya belajar apa, sih itu? Mainly, kami belajar dasar-dasar media, dasar-dasar marketing, dan bagaimana menggunakan kedua ilmu itu untuk melengkapi satu sama lain. Dengan berkembangnya teknologi, kedua bidang ini semakin bersinggungan dan dibutuhkan pemahaman yang kuat untuk bisa siap memasuki bidang yang terus berubah-ubah. Tapi, bukan itu yang awalnya membuatku mengambil jurusan yang “unik” ini. Alasannya simple, karena aku tertarik untuk memasuki bidang komunikasi visual, walaupun orangtuaku ingin aku terjun ke dunia bisnis seperti mereka. Bachelor of Marketing and Media menawarkan keduanya. Marketing dari Faculty of Business, sementara Media dari Faculty of Arts.

Apa, sih, yang dipelajari?
Kombinasi dua major beda fakultas di satu degree ini cukup unik dan membuat program pelajaran/learning pathway-nya cukup terprogram, dalam arti, nggak banyak electives yang bisa diambil. Tapi, tentunya masih ada fleksibilitas dalam bidang media apa yang ingin difokuskan. Aku memilih digital media, di mana aku belajar interactive website design, sesuatu yang terasa sangat ‘futuristik’.

Di tahun pertama, pelajaran-pelajarannya kebanyakan adalah core unit yang wajib diambil untuk memberi fondasi dasar teori dan I think sebuah overview industry/dunia yang akan dimasuki. Pelajaran dasar untuk marketing, sama seperti banyak jurusan bisnis lainnya, adalah Marketing, Akuntansi, Statistik, dan Management Dasar. Sementara untuk media adalah Australian Media, Media Cultures, dan Introduction to Digital Media.

Tahun berikutnya, kami belajar unit-unit yang lebih terfokus, seperti Marketing Research atau Consumer Behaviour, di mana aku mengerti esensi dari marketing bukan hanya menjual suatu produk, tapi juga mempelajari kebutuhan/keinginan konsumen, mengerti kekuatan kelemahan perusahaan, kondisi pasar, dan lainnya (istilah seperti analisa SWOT, Product Lifecycle, PESTLE, dan Marketing Mix menjadi makanan sehari-hari). Sementara itu, aku mulai berfokus pada bidang digital media, belajar desain situs (HTML, CSS, Javascript). Selain itu, bisa juga mengambil stream lain ke arah journalisme, photo media, radio, atau film. Semua menarik untuk dipelajari!

Lalu, masuk ke tahun ketiga (which is where I am right now). Sekarang, pelajarannya sudah makin mengintegrasikan antara marketing dan media. Juga, ada satu pelajaran yang disebut PACE unit yaitu MAS350, yang mewajibkan untuk mengambil magang/internship di bidang media atau marketing. Jadi, PACE unit ini ada di hampir setiap tahun ketiga program studi meski berbeda-beda fokusnya tergantung konteks degree-nya. Untuk MAS350 (media internship), kami boleh mengajukan magang yang dicari sendiri atau melamar ke program yang sudah bekerja sama dengan universitas, juga bisa memilih melakukan project marketing atau perfilman untuk klien yang diundang ke Uni.

Selain itu, setiap pelajar di Macquarie diwajibkan mengambil satu People unit dan satu Planet unit yang merupakan pelajaran-pelajaran di luar “bidang” mereka. Pelajarannya dipilih dari daftar mata kuliah yang sudah ditentukan universitas sebagai mata kuliah yang memberikan pengetahuan umum yang penting bagi komunitas/lingkungan. Beberapa contoh pelajarannya adalah Aboriginal Studies, Myths and History, Culture and Language, Human Biology, Measuring Sustainability, juga yang menarik, “Why People Believe Weird Things”. Jadi, intinya pelajaran yang membuka mata kita keluar dari bidang yang kita pelajari. Dua mata kuliah yang aku ambil adalah ICT for Education dan Being Professional. Sejujurnya, banyak yang mengambil pelajaran-pelajaran yang mudah untuk People and Planet unit guna menaikkan overall GPA mereka.

Susah Nggak, sih?
Sejujurnya, menurutku, kuliah jurusan ini cukup santai (malah sangat santai kalau dibanding teman-temanku yang mengambil aktuaria). Let me give you a snippets: semester lalu aku cuma ke uni 2 hari. Di tahun pertama dan kedua, aku cuma ada dua ujian per semester. Tahun ini? Cuma satu. Kurang lebih begini, sih, ujian dari sisi bisnis, project and essay dari sisi media. Jika ditanya susah atau nggak, buatku lumayan susah, karena susah untuk mendapatkan nilai bagus di esai. Tapi, terus terang, masih banyak waktu luang yang bisa kamu pakai untuk hobimu, gabung ke organisasi uni, atau kerja part-time! Dan, kalau menengok catatan kuliah temanku yang penuh rumus, aku bersyukur masuk ke jurusan ini!

Sesuai ekspektasi Nggak? Nyesel Nggak?
Well, hard to say karena aku nggak ada ekspektasi apa-apa. Aku senang dengan pelajaran medianya yang “hands-on”, di mana aku membangun situsku sendiri, dan itu yang jadi proyeknya. Juga, beberapa pelajaran media yang mengadakan simulasi marketing, bikin proposal marketing plan ke klien, dan juga kampanye hubungan masyarakat. Tapi, jangan harap bisa semua pelajaran praktis, banyak yang sangat teori. Apalagi, di tahun pertama kuliah. Secara keseluruhan, aku senang bisa ambil jurusan Bachelor of Marketing and Media ini. Aku belajar banyak tentang media dan kultur di negara ini, juga belajar banyak behind the scene of marketing. Dan, meski semua ini harus dilanjut dengan pengalaman kerja langsung, aku yakin, apa pun yang kita pelajari akan berguna nantinya. Kalau pun aku mungkin nggak pakai lagi teori dari esaiku yang berjudul “Snapchat and Liquid Modernity” dari pelajaran Cybercultures, aku belajar menyusun dan mengolah informasi, belajar melihat sudut pandang lain, dan berpikir kritis, juga menerima dan menerapkan nasihat dari pembinaku.

I think in the end, it all depends on you. Semua ilmu yang dipelajari ini sekarang jadi perlengkapan yang kamu punya. Now what? Oh, dan satu elective yang aku dapat aku pakai untuk mengambil short term exchange ke Korea University. Tapi, itu kisah pengalaman untuk lain hari. See you next month peeps!

[Natasha Ingelia/IM]

Previous articleBahas Black Mirror, Yuk!
Next articleHeda Bailey: Seniman Batik Kontemporer