Home Series Kepo A Peek into Studying Media, Arts and Production – Printilannya Bikin Film

A Peek into Studying Media, Arts and Production – Printilannya Bikin Film

Halo! Aku, Vina, mahasiswa semester dua akhir yang kuliah di bidang Bachelor of Communication. Spesifiknya, Media Arts and Production di University of Technology Sydney.

Apa itu Bachelor of Media, Arts and Production?
Jurusan Media Arts and Production itu fokus utamanya adalah mengenai dunia perfilman, tepatnya persiapan dalam membuat sebuah film. Meski demikian, di jurusan ini banyak subjek yang menurut aku tidak penting atau relevan dengan apa yang aku bayangkan, seperti memelajari bagaimana Spotify atau Neflix mendapatkan uang. Menurutku, subjek seperti itu buang waktu sekali, dan seharusnya, bisa digantikan dengan subjek yang mengajarkan lebih spesifik lagi mengenai dunia perfilman.

Apa syarat buat ambil jurusan ini?
Syarat untuk mengambil jurusan ini tidak rumit. Untuk kamu yang ingin mengambil jurusan ini, spesifiknya jika berasal dari negara lain, IELTS dan rapor SMA pasti diperlukan dengan batas nilai tertentu. Dari sana, kita bisa milih antara masuk foundation, diploma, atau langsung mengambil bachelor-nya, walaupun pasti study load-nya akan lebih berat daripada jika kita masuk foundation atau diploma terlebih dulu. Program jurusan ini 3,5 tahun untuk bachelor, seperti halnya jurusan lain. Karena akan ada editing, shooting, dan hal-hal teknis mengenai kamera dan editing software, jadi, alangkah bagusnya dan akan sangat membantu jika mempunya basic skill dalam hal tersebut. Oleh karena itu, sewaktu ada workshop atau proyek, kita akan lebih paham dan tidak kewalahan dalam memelajarinya. Walaupun ada workshop untuk kamera dan editing software, tetapi dari pengalaman aku pribadi, aku justru memelajari hal-hal itu dari teman, tutorial youtube dan sering praktik. Karena kalau hanya mengandalkan pelajaran dari sekolah pasti tidak akan cukup

Susah, nggak, sih?
Di jurusan komunikasi nggak ada ujian, semuanya dinilai dari assessment dan proyek seperti esai, membuat video pendek, tugas kelompok, dan sebagainya. Tingkat kesulitannya juga tergantung, karena susah atau tidaknya pasti berbeda untuk tiap orang. Yang umumnya membuat stres dan kewalahan adalah due date beberapa tugas yang kerap berdekatan atau bahkan sama. Itu sebabnya kita harus benar-benar mengerti skala prioritas dan mengatur waktu yang baik dalam mengerjakannya.

Sesuai ekspektasi nggak? Nyesel nggak?
Kalau dibilang sesuai ekspektasi, untuk aku, sih, nggak. Karena aku ekspektasinya bakal benar-benar memelajari film seperti halnya sekolah film yang subjeknya terperinci setiap semester. Sedangkan di jurusan ini, aku menemukan banyak subjek yang nggak terlalu penting jika memang ingin terjun ke industri film nantinya.

Untuk pertanyaan nyesel atau nggak, sebenarnya sedikit nyesel. Tapi, memang dari awal, kan, nggak tahu kalau jurusannya akan begitu. Kalau memang tahu, dari awalnya aja aku masuk ke sekolah film. Alasan aku pilih UTS karena ada bachelor, sedangkan sekolah film kebanyakan hanya menawarkan diploma saja. Tapi, sisi positifnya juga ada. Aku mendapatkan teman-teman yang punya passion yang sama. Aku bisa belajar banyak dari mereka. Hal lainnya yang aku bisa pelajari adalah belajar mandiri di negara asing. Mencari pengalaman hidup yang tidak semua orang bisa dapatkan.

Aku berharap setelah lulus bisa bekerja dalam industri perfilman dengan pengetahuan yang didapat dari jurusan ini, walaupun sebenarnya aku belum sepenuhnya memahami setiap rincian dalam membuat film. Aku berencana untuk melanjutkan studi ke sekolah film. Dari sana, aku bakal mencari kesempatan-kesempatan untuk bisa bekerja di industri perfilman. [IM]

Exit mobile version