Miracles Are Everywhere…(when you believe)

1008
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Selama bertahun-tahun hidup di dunia, kita sering mendengar banyak kisah tentang ‘keajaiban’ or so called ‘miracle’. Misalnya, bagaimana seorang pasien yang sudah divonis mati oleh dokter, ternyata sembuh total dan hidup lebih lama dari dokternya sendiri. Atau bagaimana seseorang selamat dari tabrakan mobil beruntun tanpa luka gores sedikit pun. Ada lagi yang mendapat mujizat berupa materi berlimpah di saat kondisi finansialnya super susah. Pokoknya, berbagai hal yang bikin kita berdecak kagum sekaligus heran.

Banyak dari kita yang berpikir, “Wah, enak banget ya jadi mereka. Gue belum pernah ngalamin mujizat kayak gitu.” Saya sendiri sering membayangkan, apa suatu saat nanti saya bener-bener bisa dapet keajaiban kayak gitu? Terus saya ketawa sendiri. Nggak berani bayangin. Nggak berani berandai-andai. Rasa-rasanya kok saya nggak qualified banget buat mengalami hal-hal dahsyat semacam itu? Terus saya ketawa lagi. Tapi saya nggak sendirian…banyak orang yang merasa ‘jauh’ dari hal-hal berbau mujizat.

I was thinking that way. Sampai suatu hari saya iseng mengumpulkan pengalaman orang-orang dan menulis sebuah list:

1. Sarah: Mengejar jadwal kereta api jam 6.00, tapi terjebak macet di jalan karena hujan deras. Super gregetan karena harus sampai kampus on time untuk final test. Bad news: itu kereta satu-satunya dengan rute ke kampus. Waktu sampai stasiun jam 6.15, ternyata keretanya baru datang karena sempat mengalami gangguan sinyal di stasiun sebelumnya.

2. Jerry: Ketinggalan express bus yang cuma lewat 1 jam sekali. Padahal bus itu lewat di depan hidungnya, tapi si sopir nggak lihat. Akhirnya ia memutuskan untuk naik regular bus yang rutenya lebih panjang. Hanya beberapa menit kemudian, dia melihat express bus yang seharusnya dia naiki: mogok dan menelantarkan para penumpang.

3. Saya: Waktu lagi main-main dekat pohon kelapa, tiba-tiba ada bunyi dering telepon dari dalam rumah. Baru satu langkah kaki, buah kelapa ‘segede bagong’ jatuh persis di tempat saya main tadi. Lucunya, telepon itu cuma berdering satu kali aja.

4. Alice: Super panik karena mobilnya mogok di jalan tol. Coba tebak siapa orang yang berbaik hati menepi dan memberi bantuan? Seorang sahabat lama yang kini menjadi suaminya.

5. Sandy: Mengosongkan isi mobil karena akan dimasukkan ke dalam bengkel. Siangnya, saat mampir ke sebuah mall untuk makan siang, ia mendapati pintu mobil dan jendelanya rusak ‘dicongkel’ maling. Dia ‘cuma’ kehilangan cassette player JVC. Biasanya ia menyimpan laptop, external hard disk berisi file kantor penting, digital camera, iPod, dan beberapa pasang sepatu basket import di dalam mobil.

Barusan hanya sebagian dari banyak cerita yang sudah saya kumpulkan. Cerita tentang kejadian sehari-hari yang sering kita alami. Lucunya, banyak dari kita yang malah menganggap hal-hal itu ‘kebetulan’ belaka. Waktu saya baca berkali-kali, saya selalu merasa takjub dan menganggapnya mujizat-mujizat kecil. Besar ataupun kecil, namanya tetap saja mujizat. Lalu saya pikir, hey, ternyata gue juga ngalamin mujizat!

Selama ini kita berpikir terlalu jauh soal mujizat atau keajaiban. Kita pikir, mujizat itu haruslah menyangkut peristiwa yang heboh. Misalnya sembuh dari kelumpuhan, selamat dari kecelakaan pesawat, atau hal ekstrim lainnya. Kita pikir, mujizat itu haruslah yang besar. Kita pikir, mujizat ‘nggak mainan’ dengan kejadian-kejadian kecil dan sederhana. Kadang-kadang, kita ini terlalu banyak mikir dan semakin jarang percaya!

God is working through many ways. Tapi kita suka nggak percaya, siiiihhhh. Apa-apa bilangnya ‘kebetulan’. Nggak mandang ‘pekerjaan’ Tuhan atas kehidupan kita. Suka lupa betapa besarnya kuasa Sang Pencipta. Banyak waktu di mana kita ‘teriak-teriak’, jejeritan, minta tolong supaya terjadi keajaiban yang bisa memulihkan keadaan kita. Tapi apa yang keluar dari mulut seringkali nggak sejalan dengan hati.

Kita berharap mengalami keajaiban, tapi dalam hati masih ragu kalau kita bakal menerimanya. Kita merasa butuh pertolongan dari Tuhan, tapi bukannya percaya penuh pada-Nya, kita malah terus-menerus sibuk mengurus segala sesuatu. Berusaha memperbaiki keadaan dengan segala upaya yang kita punya. Setelah itu, kita marah-marah karena nggak mengalami mujizat.

Maybe – just maybe – sometimes it’s hard to see God’s miracles because we’re too busy to handle things with our own power. MIRACLE spells S.U.R.R.E.N.D.E.R. Ketika kita menerima bukti berupa keajaiban-keajaiban kecil di sekeliling kita, eeeh malah disebut “kebetulan”. Serba salah banget kan kalau jadi Tuhan?

Coba ambil waktu sejenak untuk me-recall mujizat-mujizat kecil yang pernah kita alami. Banyak hal yang selama ini kita kira ‘kebetulan’, ternyata bukan cuma sekadar kebetulan. Itulah mujizat bagi kita. Sebelum mengalami mujizat besar-heboh-dahsyat, kita perlu membiasakan diri mengalami yang kecil-kecil dulu. Mungkin saja hal itu dimaksudkan agar kita belajar bersyukur. Jadi, jika suatu saat nanti kita mengalami keajaiban besar, ingat, itu bukan kebetulan. That’s the hand of God. (jossie)

Previous articleAsiknya Jalan-Jalan Sambil Kerja di Australia
Next articleRudy Lim, Pecinta Khuntien Kuliner