Mencari Indonesia di Perantauan

1951
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Lirik lagu “Nenek Moyangku Seorang Pelaut” memang dapat diartikan betapa orang Indonesia sangat digdaya di lautan. Tapi, sisi lain, lagu ini juga menceritakan keberanian anak Bangsa yang mengarungi samudra dan benua–untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Sebagian ingat untuk pulang, sebagian lagi, sadar atau tidak, sedang tercerabut dari akar budayanya. Tulisan ini adalah tentang yang kedua.

Menuju Negeri Harapan

Di usia 18 tahun, Irsan Sani meninggakan Jakarta, bertekad untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Pemuda asal Bangka (dulu termasuk provinsi Sumatera Selatan) itu baru saja tiba dari kampung dan tinggal menumpang sementara di rumah kakak perempuannya di Jakarta. Satu tekadnya saat keluar dari kampung halamannya adalah menjadi “orang” dan kembali ke Tanah Air dengan bangga.

Irsan Sani sudah menjadi “orang”, tapi di negeri Paman Sam. Setelah hampir setengah abad menetap di Amerika Serikat dan hanya menginjak Indonesia tak lebih dari lima kali, ia nyaris tak ingat lagi tentang menjadi orang Indonesia. Namun, yang pasti, sate ayam dan nasi menjadi sahabat perutnya di kala didera rindu Indonesia sering dihidangkan di atas meja makan untuk merayakan ulang tahun anak-anak dan istrinya.

Cerita tentang Irsan Sani (68 tahun) yang telah menetap 48 tahun di Pennsylvania, Amerika Serikat, dan sedikit demi sedikit tercerabut dari akar budaya Indonesianya bukanlah cerita istimewa. Terdapat lebih dari 7-8 juta orang Indonesia yang memilih tinggal di luar negeri. Setengah dari jumlah itu masih memegang kewarganegaraan Indonesia. Profesinya pun beragam. Dari kelas TKI, profesional, anak buah kapal, pelajar, ibu rumah tangga, atau menikah dengan WNA, dan lainnya.

Pulang Satu Hari Nanti

Namun, tak semua orang Indonesia ingin selama-lamanya tinggal di negeri barunya. Bethelina Lackner (46 tahun) yang menikah dengan pria Austria bahkan bercita-cita untuk pulang dan menetap di Jogjakarta saat suaminya pensiun kelak. “Kami bertemu di Jogjakarta dan sampai sekarang sangat menyukai kota itu,” demikian alasannya. Meski begitu menyukai Austria yang bersih, teratur, indah dan sangat modern, Indonesia tetaplah tujuan akhir di hidup wanita yang memiliki 5 orang anak itu. Saking cintanya dengan Indonesia, Bethelina tetap memertahankan kewarganegaraan Indonesianya. “Untuk apa diganti? Saya aslinya orang Indonesia, kok,” tegas wanita asal Jakarta yang berdarah Batak itu.

Ya, negeri orang – yang makmur, memang sangat menggoda. Namun demikian, dorongan untuk pulang kembali juga sangat besar. Makanan, kehangatan, dan alam Indonesia yang khas adalah alasan terbesar untuk kembali (baca boks: Harapan Sang Perantau)

Tak seperti Bethelina, Irsan Sani memang tak lagi berharap banyak dari Indonesia. Ia juga merasa bukan lagi orang Indonesia, walau masih sangat menyukai makanannya khas Bangka yang selalu dirindukannya. Namun dengan bahasa Indonesia yang patah, Ia yakin bahwa “deep down inside” masih ada jejak Indonesia. “Uncle masih bisa nyanyi Indonesia Raya dengan logat Amerika,” tutupnya sambil tergelak. Not bad at all… [IM]

 

========================================================

 

Harapan Sang Perantau

 

Bethellina Simanjuntak (46 tahun), Leoben, Austria
Lama Merantau: 20 tahun.
Paling Dikangeni dari Tempat Asal: keluarga, ikan teri, dan daun singkong.
Yang Tak Tergantikan dari Indonesia: suasana kekeluargaan yang hangat.
Kebiasaan khas orang Indonesia yang sulit kamu tinggalkan: Makan nasi.
Biasanya melakukan apa di tanggal 17 Agustus: Pakai baju Batik.
Harapan untuk Indonesia: Indonesia dapat menjadi negara maju dan besar dengan memanfaatkan potensinya secara maksimal dan bijaksana. Masyarakat berkualitas secara intelektual dan moral sehingga tidak ada lagi yang korupsi dan lebih peduli terhadap lingkungan. Masyarakat sepert itulah yang akan sadar betapa pentingnya mengelola potensi besar Indonesia, dan pada akhirnya dapat mewujudkan Indonesia yang lebih baik.

Theresia (Tess) Marsono (46 tahun), Billings, Montana, Amerika Serikat
Lama Merantau: 22 tahun.
Terakhir Pulang Indonesia: Musim panas 2011.
Paling Dikangeni dari Tempat Asal: Keluarga, makanan.
Yang Tak Tergantikan dari Indonesia: Nilai-nilai kekeluargaan, tradisi.
Kebiasaan khas orang Indonesia yang sulit kamu tinggalkan: Can’t live without rice.
Biasanya melakukan apa di tanggal 17 Agustus: Nothing.
Harapan untuk Indonesia: Indonesia is a country of plenty. Plenty of wonderful people, awesome nature and wildlife, incredible culture, amazing food. I hope the country and its people never loose its identity and the young generation continues the proactive way of preserving them.

Andry Himawan (36 tahun), Sydney, Australia
Lama Merantau: 10 tahun.
Terakhir Pulang Indonesia: 2015.
Paling Dikangeni dari Tempat Asal: Family and old friends.
Yang Tak Tergantikan dari Indonesia: Hmm… makanannya.
Kebiasaan khas orang Indonesia yang sulit kamu tinggalkan: Makan sambel pedes.
Biasanya melakukan apa di tanggal 17 Agustus: Ikut acara di gereja, seperti tarik tambang, lomba makan kerupuk, dan lainnya.
Harapan untuk Indonesia: Indonesia will get better, tapi kayaknya bakal lama banget.

Edith Gunawan (35 tahun), Auckland, Selandia Baru
Lama Merantau: 20 tahun.
Terakhir Pulang Indonesia: 2013.
Paling Dikangeni dari Tempat Asal: Mi ayam, martabak, cendol.
Yang Tak Tergantikan dari Indonesia: Keluarga, Natal, dan Lebaran.
Kebiasaan khas orang Indonesia yang sulit kamu tinggalkan: Harus makan nasi. Kalau nggak, artinya belon makan benar.
Biasanya melakukan apa di tanggal 17 Agustus: Jualan di Bazaar, ikut lomba, dan upacara.
Harapan untuk Indonesia: Terus maju dalam pendidikan, less discrimination.

Ivanna Setiadi (28 tahun), Sydney, Australia
Lama Merantau: 13 tahun.
Terakhir Pulang Indonesia: 2017.
Paling Dikangeni dari Tempat Asal: Makanan asli indonesia, khusus nasi padang dan nasi uduk. Kalau pulang harus makan itu. Dan tempe, saya belum menemukan yang seenak di Indonesia.
Yang Tak Tergantikan dari Indonesia: kekayaan laut Indonesia yang indah, dengan terumbu karang dan berbagai macam jenis ikannya. Oleh karena itu semuanya harus dijaga baik- baik.
Kebiasaan khas orang Indonesia yang sulit kamu tinggalkan: Melepas sepatu/sandal sebelum masuk rumah.
Biasanya melakukan apa di tanggal 17 Agustus: Tidak ada, karena jatuhnya hari biasa di sini.
Harapan untuk Indonesia: Karena tahun depan kan pemilu presiden, saya berharap Indonesia mendapatkan presiden yang terbaik, yang benar-benar peduli akan kemajuan bangsa. Saya rasa revolusi mental harus terus terjadi di Indonesia baik dalam pemerintahan maupun masyarakat, dimulai dari hal kecil seperti memelihara lingkungan (bukan hanya tugas dinas kebersihan) sampai hal besar seperti memberantas korupsi.

Hendra Tambunan (44 tahun), Hayward, California, Amerika Serikat
Lama Merantau: 27 tahun
Terakhir Pulang Indonesia: 2018
Paling Dikangeni dari Tempat Asal: Buah tropis, seperti durian, salak, dan lainnya.
Yang Tak Tergantikan dari Indonesia: Kumpul Keluarga.
Kebiasaan khas orang Indonesia yang sulit kamu tinggalkan: Tidur harus pakai guling.
Biasanya melakukan apa di tanggal 17 Agustus: Nggak melakukan apa-apa
Harapan untuk Indonesia: Menjadi negara yang lebih toleran dan terbuka terhadap perbedaan pendapat.

Valentino Malaihollo (59 tahun), Oslo, Norwegia
Lama Merantau: 27 Tahun.
Terakhir Pulang Indonesia: Maret 2017.
Paling Dikangeni dari Tempat Asal: Suasana, pemandangan, dan pastinya kangen Ibu, keluarga, dan teman-teman.
Yang Tak Tergantikan dari Indonesia: Suasananya. Juga macetnya. Jakarta macet banget!
Kebiasaan khas orang Indonesia yang sulit kamu tinggalkan: Kini, sudah tidak ada lagi, karena di Oslo hampir semuanya ada. Kebetulan, istri saya hobi masak makanan Indonesia. Paling kalau ada keluarga yang hendak berkunjung ke Oslo saya masih suka dibawakan kacang kulit merek Garuda dan rengginang.
Biasanya melakukan apa di tanggal 17 Agustus: Biasanya kami mengikuti upacara kenaikkan bendera, diikuti oleh bazaar dan ramah-tamah bersama warga Indonesia di Oslo.
Harapan untuk Indonesia: Banyak sekali, salah satunya pemerintah dapat mempromosikan daerah-daerah yang sangat indah agar dapat menarik banyak wisatawan. Hukum di Indonesia juga harus ditegakkan.

Ernita Siregar, Sydney, Australia
Lama Merantau: 20 tahun.
Terakhir Pulang Indonesia: Desember 2017
Paling Dikangeni dari Tempat Asal: The food (noodle pangsit Siantar, gado-gado, sate padang, sate kambing).
Kebiasaan khas orang Indonesia yang sulit kamu tinggalkan: Always eat with sambal, or at least chopped chilli.
Biasanya melakukan apa di tanggal 17 Agustus: Look for Indonesian magazine to find out what’s on so I can visit or at least I will go and find out what restaurant selling sate padang or gado-gado.
Harapan untuk Indonesia: On presidential election, let’s put unity and brotherhood first, not hatred or lie to our political opponent. Remember, we are building Indonesia to a better future for our children and the next generation.

 

 

Previous articleIndonesia Raya Berkumandang di Jantung Kota Brisbane
Next articlePilih Cuti Demi Ikut Upacara Bendera 17 Agustus